Review Film "Kampung Keramat": Horor dengan Sentuhan Budaya Lokal
Meskipun masih memiliki beberapa kekurangan, "Kampung Keramat" tetap bisa menjadi pilihan hiburan bagi pencinta film horor, terutama yang menyukai tema mistis dan budaya lokal. Namun, jangan berharap kualitas setara dengan film horor Indonesia terbaik sep
Jumat, 21 Februari 2025 | 14:58 WIB - Layar
Penulis:
. Editor: Wis
KUASAKATACOM, Tabanan- Film horor Indonesia "kampung keramat" resmi tayang di bioskop sejak 13 Februari. Meski memiliki judul yang mirip, film ini bukan sekuel dari "Keramat" (2009) yang sempat populer.
Alur Cerita: horor dengan Unsur Penyakit Gaib
BERITA TERKAIT:
REVIEW "The Dark House": Liburan Berujung Teror dalam Rumah Tua di Lereng Gunung Slamet
Ulasan Film: The Ritual – Drama Eksorsisme yang Kembali Terjebak Klise Lama
Sinopsis “Gundik”, Ketika Perampokan Membuka Pintu Dunia Gaib Pantai Selatan
Ulasan Film Horor-Aksi “Penjagal Iblis: Dosa Turunan”
Sinopsis Dasim, Jin Perusak Rumah Tangga Siap Teror Layar Lebar
Kisahnya berfokus pada Maya, yang mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan. Demi mencari kesembuhan, ia bersama keluarganya pergi ke Kampung Bekandang untuk bertemu seorang dukun. Namun, bukannya sembuh, mereka justru dihadapkan pada kejadian-kejadian mistis yang menyeramkan. Salah satu elemen menarik dalam film ini adalah penggunaan konsep penyakit gaib dan kerasukan jenglot, yang sudah menjadi bagian dari kepercayaan masyarakat di beberapa daerah di Indonesia.
Kampung Bekandang digambarkan sebagai desa yang memiliki aura mistis, mengingatkan pada latar dalam film seperti "Kafir" atau "KKN di Desa Penari".
Kelebihan dan Kekurangan Film "kampung keramat"
1. Adegan Emosional yang Kuat
Beberapa momen dalam film ini mampu menghadirkan emosi mendalam. Salah satu yang paling berkesan adalah adegan di kuburan saat hujan deras, di mana karakter Erlan (diperankan oleh Naufal Samudra) meluapkan kemarahannya. Efek hujan dan petir yang tampak realistis menambah intensitas adegan tersebut.
Selain itu, adegan kebakaran rumah juga patut diapresiasi karena tidak mengandalkan efek CGI, sehingga terasa lebih nyata.
2. Akting Aktor Senior yang Mengesankan
Egy Fedly dan Yati Surachman, yang berperan sebagai kakek dan nenek Maya, memberikan kontribusi besar dalam menciptakan atmosfer horor yang kuat. Mereka berperan sebagai pihak yang menyarankan pengobatan alternatif ke dukun, yang ternyata memiliki maksud tersembunyi. Ketegangan semakin meningkat saat terungkap bahwa Maya justru dijadikan tumbal.
3. Kekurangan dalam Setting dan Make-Up
Meskipun memiliki konsep cerita yang menarik, ada beberapa aspek yang masih terasa kurang maksimal:
Setting yang terasa kosong: Rumah besar tempat keluarga Maya menginap tampak terlalu polos dan tidak memiliki detail yang memperkuat karakter seperti di film "Pengabdi Setan". Desa Bekandang juga digambarkan terlalu sepi, sehingga kurang meyakinkan sebagai sebuah kampung yang ditinggali banyak orang.
Make-up yang kurang menyeramkan: Riasan dalam film ini kurang memberikan kesan horor yang kuat. Beberapa karakter, termasuk dukun, terlihat lebih seperti tokoh dalam sinetron misteri Mak Lampir, bukan seperti dukun dalam film modern yang tampil lebih realistis.
***tags: #horor #review film #kampung keramat #budaya lokal
Email: [email protected]
KOMENTAR
BACA JUGA
TERKINI

BAZNAS Tekankan Transparansi dalam Pengelolaan Zakat
10 Juli 2025

62 Pelaku UMKM Jateng Ikuti Dekranasda Expo 2025, Transaksinya Tembus Rp452 Juta
10 Juli 2025

Wagub Jateng Lantik 183 Pejabat Fungsional, Minta Mereka Tekankan Integritas
10 Juli 2025

Warga Binaan Lapas Brebes Dibekali Pelatihan Pramuka
10 Juli 2025

Antisipasi Dampak Tarif Trump, Gubernur Jateng Siapkan Langkah Mitigasi
10 Juli 2025

Libur Sekolah, KAI Daop 5 Purwokerto Berangkatkan 288 Ribu Lebih Pelanggan
10 Juli 2025

Calon Siswa Sekolah Rakyat Mulai Jalani Cek Kesehatan
10 Juli 2025

Jateng Siap Jadi Tuan Rumah MTQ 2026, Taj Yasin Temui Menag
10 Juli 2025