Review Perang Kota, Epik Sejarah yang Mengesankan

Tanpa mengorbankan keindahan visual, film ini disusun secara elegan oleh sinematografer Roy Lolang, menghasilkan komposisi gambar yang memikat namun tetap mudah dicerna.

Jumat, 02 Mei 2025 | 18:05 WIB - Layar
Penulis: Ardiansyah . Editor: Wis

KUASAKATACOM, PATI- Sudah menjadi hal umum bila sineas internasional harus menyesuaikan diri ketika debut di Hollywood. Dalam proses itu, tidak jarang ciri khas mereka jadi terkikis demi alasan pragmatis seperti "batu loncatan karier". Maka tak heran, ketika Mouly Surya merilis Trigger Warning tahun lalu—sebuah film aksi generik khas Hollywood—banyak yang merasa kecewa melihat penyutradaraan yang terasa tidak mencerminkan kekuatan khasnya.

Namun, tahun ini Mouly Surya menunjukkan tanda kembali ke akar artistiknya lewat Perang Kota, adaptasi dari novel klasik Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis. Film ini mengikuti perjalanan Isa (diperankan dengan intens oleh Chicco Jerikho), seorang mantan pejuang yang kini menjadi guru, yang bergulat dengan trauma masa lalu serta permasalahan dalam rumah tangganya.

BERITA TERKAIT:
Review Perang Kota, Epik Sejarah yang Mengesankan
Sejarah Panjang Hari Buruh Dunia
Menilik Kereta Kyai Groedo, Kereta Kencana Tertua Milik Keraton Surakarta
Sejarah Huruf Braille, Huruf yang Digunakan Semasa Perang yang Menjelma Menjadi Sistem Komunikasi Penyandang Tuna Netra
Kisah Putri-Putri Said bin Rabi: Teladan Keteguhan dan Kemuliaan Hati

Isa, yang mengalami impotensi akibat perang, mendapatkan tugas untuk membunuh seorang jenderal Belanda sebagai bagian dari perlawanan kemerdekaan. Di sisi lain, ia juga dihadapkan pada dinamika relasi yang kian rumit dengan istrinya, Fatimah (Ariel Tatum), yang turut menjadi pusat emosi dalam film ini.

 

Alih-alih sekadar menjadi dokumentasi Sejarah visual, Perang Kota justru menghadirkan pengalaman sinematik yang menggali sisi psikologis dan emosional para karakternya. Mouly Surya tidak hanya menampilkan fakta Sejarah, tetapi juga menawarkan tafsir artistik yang mendalam dan penuh empati.

Gaya arthouse khas Mouly tetap hadir kuat, namun kali ini lebih bersahabat bagi penonton luas. Tanpa mengorbankan keindahan visual, film ini disusun secara elegan oleh sinematografer Roy Lolang, menghasilkan komposisi gambar yang memikat namun tetap mudah dicerna.

Lebih dari sekadar film Sejarah, Perang Kota sukses menjadi karya yang informatif dan inspiratif berkat pendekatan riset yang matang dan penyutradaraan yang cermat. Film ini membuktikan bahwa pembelajaran Sejarah tak selalu harus kaku, tetapi bisa menyentuh dan menggugah.

Daya tarik lain yang tak terbantahkan terletak pada kualitas akting jajaran pemainnya. Hampir semua pemeran tampil brilian, dengan beberapa bahkan menunjukkan lompatan signifikan dalam performa mereka.

Dengan gabungan kekuatan naratif, keindahan visual, dan penampilan akting yang solid, Perang Kota layak dinobatkan sebagai salah satu film Indonesia paling mengesankan tahun ini—sebuah pencapaian sinematis yang membanggakan dan sarat makna.

***

tags: #sejarah #review film #perang kota

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI