The Ugly Stepsister:Dongeng Gelap Tentang Obsesi dan Luka Tubuh

, tapi tubuh manusia itu sendiri yang menjadi medan pertempuran: daging yang ditarik, kulit yang direkayasa, dan mimik wajah yang tak lagi manusiawi.

Jumat, 30 Mei 2025 | 23:56 WIB - Layar
Penulis: Ardiansyah . Editor: Wis

KUASAKATACOM, BANDUNG- Dongeng Cinderella yang manis kini disulap jadi mimpi buruk penuh darah dan obsesi dalam The Ugly Stepsister, film horor-fantasi terbaru yang dijadwalkan tayang di bioskop Indonesia mulai 28 Mei 2025. Sutradara film ini tak main-main: ia membalik cerita klasik dan menyuntikkan kritik sosial tentang kecantikan, dismorfia tubuh, dan luka psikologis dalam kemasan visual yang memuakkan—namun tetap memikat.

Ceritanya sederhana tapi menyakitkan:
Elvira (Lea Myren) adalah saudari tiri yang muak menjadi bayang-bayang Agnes (Thea Sofie Loch Næss), gadis sempurna nan cantik yang semua orang puja. Ketika sebuah kontes kerajaan digelar untuk merebut hati sang pangeran, Elvira tak ragu menukar harga diri dengan luka. Ini bukan lagi persaingan; ini adalah pembantaian dalam balutan gaun pesta.

BERITA TERKAIT:
The Ugly Stepsister:Dongeng Gelap Tentang Obsesi dan Luka Tubuh
Sinopsis "Rego Nyowo" Hadir Menghantui, Berdasarkan Kisah Kosan Berdarah
Review Muslihat (2025): Horor Panti Asuhan dengan Nuansa Religi
Sinopsis Mangku Pocong, Horor Keluarga yang Mengguncang Jiwa
Sinopsis "Muslihat", Teror Gaib Menghantui Dua Kakak Beradik di Panti Asuhan

Film ini menyajikan horor tubuh (body horror) dalam level yang jarang terlihat di film fantasi Eropa. Bukan hantu, bukan monster, tapi tubuh manusia itu sendiri yang menjadi medan pertempuran: daging yang ditarik, kulit yang direkayasa, dan mimik wajah yang tak lagi manusiawi.

 

Yang paling menonjol?
Penampilan Myren sebagai Elvira mencuri perhatian. Ia tampil total: menggambarkan penderitaan, rasa iri, dan kehancuran jiwa dengan cara yang mengganggu—tapi jujur. Ia bukan hanya karakter dalam dongeng; ia adalah simbol banyak perempuan di dunia nyata yang dihancurkan oleh standar kecantikan yang tak masuk akal.

Namun, tak semua unsur film ini berjalan mulus. Soundtrack-nya kacau. Dari orkestra elegan ke synthwave ala 80-an, lalu mendadak menghantam dengan heavy metal saat adegan klimaks—semuanya terasa saling tumpang tindih, dan justru mengalihkan fokus dari ketegangan yang sedang dibangun. Subtitle versi internasional pun bermasalah: terjemahan kasar dan tidak peka terhadap nuansa bahasa Thailand atau Norwegia yang digunakan membuat beberapa dialog kehilangan makna.

Meski begitu, The Ugly Stepsister tetap layak ditonton. Bukan karena ia sempurna, tapi karena ia berani mengambil risiko—menelanjangi mitos “wanita ideal” dalam kemasan brutal yang tak akan Anda temukan dalam dongeng manapun.

***

tags: #film horor #the ugly stepsister

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI