De Tjolomadoe, Pesona Arsitektur Eropa di Solo Raya
De Tjolomadoe awalnya adalah sebuah pabrik gula yang dibangun di masa pemerintahan KGPAA Mangkunagoro IV pada tahun 1861 di tempat yang dahulu bernama Desa Malangwijan.
Selasa, 26 Januari 2021 | 14:14 WIB - Langkah
Penulis:
. Editor: Ririn
PG Colomadu alias nama barunya De Tjolomadoe baru saja diresmikan pada tahun 2018 lalu. Namun wisata cagar budaya dan sejarah itu sudah menjadi idola warga Solo Raya dan Jawa Tengah.
Objek wisata yang merupakan mantan bangunan pabrik gula ini terletak di Jalan Adi Sucipto No. 1 Paulan Wetan, Colomadu, Karanganyar. Tempat wisata ini hanya berjarak lima menit dari Bandara Adi Sumarmo dan 20 menit saja dari pusat Kota Solo, lho.
BERITA TERKAIT:
Setelah Panen Kritik dari Anang, Rosalina Dipulangkan Penonton
Neyl, Novia, dan Salma Tak Tampil Wow Seperti Biasa, Kenapa?
Tak Satu pun Juri Standing Ovation: Penampilan Anggis, Syarla, dan Alfredo Terlalu Biasa
Maaf, Nyanyi Neyl Dinilai Berantakan meski Rachel yang Pulang
Di Lantunan ''Rumah'' Salma, Juri Indonesian Idol pun Menangis Bersama
Dahulu sebelum pandemi, per harinya saja De Tjolomadoe dikunjungi kurang lebih seribu pengunjung. Tapi semenjak pandemi daya tampung wisatawan dibatasi hanya tiga ratus orang saja di setiap ruangannya dengan menerapkan prokes. "Kami mengimbau tamu dengan peserta anak di bawah lima tahun dan di atas 60 tahun untuk tidak berwisata dulu," ujar Wildan Akfi Kurnia sebagai GM Operasional De Tjolomadoe.
Penasaran akan ngehitsnya objek wisata ini dari foto-foto saja, akhirnya kami tim KUASAKATACOM berkesempatan mengunjungi langsung.
Sejarah Manis ‘Colomadu’
Menurut sejarah, De Tjolomadoe awalnya adalah sebuah pabrik gula yang dibangun di masa pemerintahan KGPAA Mangkunagoro IV (1853-1881) pada tahun 1861 di tempat yang dahulu bernama Desa Malangwijan. Proyek itu melibatkan ahli asal Jerman bernama R. Kampf untuk mendesain dan memimpin pembangunan.
Pembangunan pabrik ini dimaksudkan untuk membangun industri perkebunan tebu dan produksi gula di tanah Mangkunegaran yang kaya akan kebun tebu. Peralatan yang digunakan pun langsung didatangkan dari Eropa dan menjadi tercanggih pada masanya.
Nama ‘Colomadu’ sendiri diambil dari bahasa Jawa setempat yang artinya ‘gunung madu’, yang diharapkan mendatangkan manisnya berkah bagi masyarakat sekitar yang menyerupai gunung. Pabrik tersebut terus memproduksi gula hingga berhenti pada 1998 karena sulitnya bahan baku.
Luas dan Megah
Memasuki kawasan objek wisata De Tjolomadoe wisatawan akan dikagetkan dengan luasnya area pabrik ini. Luas kawasan ini ternyata mencapai 6,4 hektar dengan luas bangunan 1,4 hektar. Wow. Luasnya lahan ini menjadikan parkir kendaraan pengunjung tentu tidak menjadi masalah.
Tak hanya luas, bangunan-bangunan pabrik juga membuat kami mendongak setinggi 17,5 meter ke atapnya. Menara cerobong asap juga mencapai 46 meter tingginya. Wuih, ini sih cerobong asap untuk manusia raksasa alias titan.
Kami langsung disambut dengan landmark tulisan “De Tjolomadoe” raksasa yang cocok jadi spot foto bersama kerabat atau keluarga. Hitung-hitung jadi bukti bahwa sudah pernah ke sini kan, hihi. Selain itu sangat recommended sekali untuk berfoto di bagian depan bangunan pabrik karena bangunan tersebut. Jendela-jendela tinggi khas arsitektur Eropa dan cerbong asap menciptakan kesan antik dan mewah.
Terdapat stasiun-stasiun dalam bangunan pabrik yaitu Stasiun Gilingan, Stasiun Karbonatasi, Stasiun Ketelan, dan Stasiun Penguapan. Penamaan stasiun ini mengikuti peran masing-masing mesin di dalamnya. Tentunya mesin-mesin di stasiun ini sudah tidak difungsikan lagi, ya. Jadi jangan harap bisa melihat produksi gula beneran di sini.
Mesin-mesin di stasiun tadi sudah direvitalisasi sehingga kebanyakan warnanya pun sudah berubah. Tapi ada juga beberapa bagian mesin yang masih dipertahankan keasliannya dan menyimpan bercak-bercak karat bekas produksi ratusan tahun silam.
Simpan Nostalgia Kejayaan Colomadu
Atap bangunan yang tinggi, tembok-tembok bata raksasa dan lantai ubin yang kuno akan otomatis mengirimkan kita ke masa lalu pabrik. Legitnya nostalgia pun menggelitik kami.
Dalam Stasiun Gilingan tersedia papan-papan yang berisi informasi tentang pabrik gula atau disingkat PG Colomadu tempo dulu, beserta sejumlah foto. Ternyata sewaktu aktif PG Colomadu dapat menghasilkan 3.700 kwintal gula dari perkebunan tebu seluas 95 hektar pada tahun pertama pembukaannya. Keren bukan? Ini di tahun 1860an lho, jauh sebelum sentuhan teknologi canggih menjamah.
Stasiun Ketelan menyediakan snack dan minuman bagi pengunjung yang letih seusai berkeliling. Selain itu ada juga Tjolo Koffie dan Besali Café yang menjadi opsi kuliner saat lapar. De Tjolomadoe juga memiliki Concert Hall super luas yang katanya disewakan untuk acara-acara tertentu.
Walaupun telah diremajakan, selalu ada kesan spesial saat berkunjung ke bangunan lama seperti De Tjolomadoe ini.
Kunjungan Saat Pandemi
Selama masa pandemi ini pengunjung diberikan pilihan untuk membeli tiket masuk. Tiket dapat dibeli melalui Traveloka atau reservasi langsung ke pengelola objek wisata.
Pengunjung juga dapat membeli tiket secara langsung dengan batasan rombongan 5 hingga 10 orang saja dengan menerangkan keadaan kesehatan, asal daerah, dan status perjalanan. Harga tiket masuknya sendiri tergolong masuk akal yakni Rp35 ribu per orangnya. Menurut kami worth untuk pengalaman yang didapat serta kebersihan yang sangat dijaga pengelola.
De Tjolomadoe ini buka pukul 11.00-18.00 WIB setiap hari Selasa hingga Kamis, pukul 11.00-20.00 WIB setiap hari Jumat hingga Minggu, dan hari Senin tutup untuk pembersihan.
*Tulisan di atas dibuat oleh Forsaria Prastika, reporter magang KUASAKATACOM.
***tags: #senggang #de tjolomadoe #wisata cagar budaya
Email: [email protected]
KOMENTAR
BACA JUGA
TERKINI
Pria Grobogan Ini harus Berlebaran di Penjara karena Edarkan Sabu
29 Maret 2024
Hanya Demi Konten, Dua Pemuda Jepara Ini Lempar Kucing ke Laut
29 Maret 2024
Empat Tempat Hiburan Malam di Semarang Disegel Satpol PP
29 Maret 2024
RD Minta Pemainnya Jaga Tren Positif Saat Lawan PSIS
29 Maret 2024
PT Pelni Cabang Semarang Kerahkan Enam Armada Kapal untuk Mudik Lebaran
29 Maret 2024
Rembang Perlu Kerja Keras Turunkan Angka Kemiskinan
29 Maret 2024
Polda Jateng Bagi-bagi Sembako dan Gelar Layanan Kesehatan di Magelang
29 Maret 2024
Membahayakan! Kapolres Pati Imbau Orangtua Tak Belikan Anak Sepeda Listrik
29 Maret 2024
Jelang Lengser, Jokowi Ingin Indonesia Kuasai 61 Persen Saham Freeeport
29 Maret 2024