Asal-usul Tradisi Rebo Wekasan dan Kisah Diturunkannya 320 Ribu Malapetaka

Umat Islam diminta untuk shalat dan berdoa memohon agar dihindarkan dari malapetaka.

Selasa, 20 September 2022 | 08:55 WIB - Kejawen
Penulis: Fauzi . Editor: Surya

Rebo Wekasan merupakan tradisi ritual memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala dari berbagai macam bala’ atau malapetaka. Tradisi ini biasa dilakukan pada hari Rabu terakhir bulan Shafar, bulan kedua dalam penanggalan Hijriyah. Rebo Wekasan tahun ini jatuh pada Hari Rabu, 21 September 2022.

Untuk diketahui, tradisi Rebo Wekasan sudah berlangsung secara turun-temurun di kalangan masyarakat Jawa, Madura, Sunda, Madura, dan di sejumlah daerah lainnya. Adapun masyarakat Nusantara, khusunya di Jawa, melakukan ritual Rebo Wekasan untuk menolak bala' atau musibah yang dipercaya turun di hari itu.

BERITA TERKAIT:
Tangkap Ghatan Saleh, Polisi Koordinasi dengan Intelkam terkait Asal-usul Senjata Api
Asal-usul Nama Dieng, Dataran Tinggi Bak Negeri Kahyangan Tempat Bersemayam Para Dewa
Dua Tersangka Kasus Penembakan yang Tewaskan Bripda Ignatius Terancam Hukuman Mati
Polisi Selidiki Asal usul Senjata Milik Pelaku Penembakan di Kantor MUI
Mengenal Rabu Abu: Makna, Asal Usul, hingga Puasa-Pantang Bagi Umat Katolik

Lalu bagaimana asal usul tradisi Rebo Wekasan ini?

Dalam hal ini, Allah Ta’ala berfirman yang artinya: ’’Kaum ‘Aad pun mendustakan (pula). Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku, Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus. yang menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pokok korma yang tumbang.” (Q.S al-Qamar (54:18-20). 

 

Dikutip NU Online, Imam al-Bagawi dalam tafsir Ma’alim al-Tanzil menceritakan, bahwa kejadian itu (fi yawmi nahsin mustammir)  tepat pada hari Rabu terakhir bulan Shafar. Orang Jawa pada umumnya menyebut Rabu itu dengan istilah Rebo Wekasan.

Masih dari sumber yang sama juga disebutkan bahwa asal usul Rebo Wekasan bermula dari masyarakat jahiliyah kuno, termasuk bangsa Arab, yang sering mengatakan bahwa bulan Shafar adalah bulan sial. Tasa'um (anggapan sial) ini telah terkenal pada umat jahiliah dan sisa-sisanya masih ada di kalangkan muslimin hingga saat ini.

Selain itu, Ponpes Tambak Beras Jombang juga menjelaskan terkait asal-usul tradisi ini. Jadi, Rebo Wekasan bermula dari anjuran Syeikh Ahmad bin Umar Ad-Dairobi (w.1151 H) dalam kitab “Fathul Malik Al-Majid Al-Mu-Allaf Li Naf’il ‘Abid Wa Qam’i Kulli Jabbar ‘Anid (biasa disebut: Mujarrobat ad-Dairobi). Anjuran serupa juga terdapat pada kitab: ”Al-Jawahir Al-Khams” karya Syeikh Muhammad bin Khathiruddin Al-‘Atthar (w. th 970 H), Hasyiyah As-Sittin, dan sebagainya.

Dalam kitab-kitab tersebut disebutkan bahwa salah seorang Waliyullah yang telah mencapai maqam kasyaf (kedudukan tinggi dan sulit dimengerti orang lain) mengatakan bahwa dalam setiap tahun pada Rabu terakhir Bulan Shafar, Allah Ta’ala menurunkan 320.000 (tiga ratus dua puluh ribu) macam bala’ dalam satu malam.

Oleh karena itu, beliau menyarankan Umat Islam untuk shalat dan berdoa memohon agar dihindarkan dari bala’ tersebut.

***

tags: #asal usul #rebo wekasan #shafar

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI