Mengenal Tradisi Dandangan di Kota Kretek, Pukul Bedug Masjid Menara Kudus Pertanda Datangnya Ramadan

Sunan Kudus merupakan salah satu Wali Songo yang dikenal sebagai ahli fiqih dan ilmu falak.

Sabtu, 18 Maret 2023 | 13:15 WIB - Langkah
Penulis: Siti Muyassaroh . Editor: Wis

DALAM rangka menyambut datangnya bulan Ramadan, biasanya ada tradisi unik yang dilakukan masyarakat di suatu daerah. Satu dari sekian banyak daerah yang memiliki tradisi unik menjelang Ramadan adalah Kabupaten Kudus yang memiliki tradisi bernama dandangan atau dhandhangan.

Tradisi dandangan merupakan warisan dari wali di tanah Jawa, yakni Sunan Kudus, yang masih dilestarikan hingga saat ini. Salah satu rangkaian tradisi dari Kota Kretek ini adalah pemukulan bedug Masjid Menara Kudus yang legendaris sebagai tanda datangnya bulan Ramadan.

BERITA TERKAIT:
Mengenal Tradisi Dandangan di Kota Kretek, Pukul Bedug Masjid Menara Kudus Pertanda Datangnya Ramadan
Status PPKM Level Tiga, Pasar Malam Dandangan di Kudus Ditiadakan 

Dikutip dari laman kemdikbud.go.id, tradisi dandangan bermula sejak 450 tahun yang lalu. Tepatnya saat Sunan Kudus atau Syekh Ja'far Shodiq mulai memperkenalkan dan menyebarkan agama Islam di utara Jawa Tengah.

Sunan Kudus merupakan salah satu Wali Songo yang dikenal sebagai ahli fiqih dan ilmu falak. Selain itu, Sunan Kudus merupakan seorang pujangga sekaligus senopati Kerajaan Islam Demak Bintoro.

Sehari menjelang puasa, ratusan santri Sunan Kudus akan berkumpul di Masjid Menara Kudus. Mereka menunggu pengumuman dari sang guru tentang awal bulan Ramadan.

Dahulu selepas salat Asar, Sunan Kudus langsung mengumumkan awal bulan Ramadan. Pengumuman ini dilanjutkan dengan pemukulan beduk.

Suara beduk yang bertalu-talu itulah menjadi tanda khusus permulaan awal Ramadan. Nama dandangan sendiri diambil dari suara bedug di Masjid Menara Kudus tersebut yang seakan berbunyi "dang dang dang". 

 

Pengumuman awal bulan Ramadan dilakukan di pelataran Masjid Menara Kudus dengan memukul beduk di dua waktu. Pemukulan beduk pertama ditujukan untuk mengumpulkan masyarakat. Sedangkan, pemukulan beduk di kedua merupakan keputusan sekaligus membuka awal bulan Ramadan, yakni setelah salat Isya. 

Pengumuman awal bulan puasa itu dihadiri oleh murid-murid Sunan Kudus, seperti Sultan Trenggono dari Kerajaan Demak, Sultan Hadlirin dari Jepara, hingga Aryo Penangsang dari Jipang.

Masyarakat dari luar Kudus, juga antusias menunggu pengumuman di depan Masjid Menara Kudus. Saat ini, tradisi dandangan mulai berkembang.

Tak sekadar mendengarkan informasi penetapan awal puasa dari Masjid Menara Kudus, tradisi dandangan berkembang menjadi kegiatan ekonomi dan sosial.

Salah satu rangkaian dalam perayaan dandangan adalah pasar malam yang digelar satu minggu sebelum Ramadan. Masyarakat yang datang ke Masjid Menara Kudus, memanfaatkan waktu menunggu dengan berjualan makanan tradisional siap saji.

Hal tersebut menyebabkan banyak pedagang yang berjualan di sekitar masjid, sehingga tempat tersebut menjadi pasar kaget atau pasar malam. Lambat laun, kegiatan itu menjadi bagian dari tradisi dandangan.

Biasanya, pasar malam digelar sepuluh hari menjelang bulan Ramadan. Jumlah pedagang mulai meningkat memasuki 1980-an.

Tradisi dandangan juga berkembang menjadi tradisi kirab dandangan yang merepresentasikan budaya di Kota Kretek. Kirab dandangan dilakukan dengan mengitari alun-alun kota sejauh satu kilometer dengan berjalan kaki.

***

tags: #dandangan #sunan kudus #kabupaten kudus #ramadan #menara kudus

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI