Review Rumah Dinas Bapak: Horornya Nanggung, Komedinya B Aja

Beberapa scene ada yang melenceng dari cerita aslinya, sehingga memudarkan efek horornya. Misalnya adegan "meneng o cangkemmu". 

Rabu, 14 Agustus 2024 | 16:02 WIB - Layar
Penulis: Issatul Haniah . Editor: Fauzi

Sebelum diangkat ke layar lebar, cerita Rumah Dinas Bapak (RDB) dari Dodit Mulyanto pertama kali saya nikmati di kanal YouTube Do You See What I see (DYSWIS), yang banyak membagikan kisah-kisah horor. Itulah yang membuat cukup penasaran dengan film ini, yaitu bagaimana mengeksekusi tema horor dengan sentuhan komedi

Inti film ini cukup menarik, yaitu kisah masa kecil Dodit sekeluarga terpaksa berpindah tempat tinggal ikut bapaknya yang pindah tugas sebagai Polisi Hutan. Rumah baru yang disebut Kemantren itu ternyata memiliki keistimewaan berupa penjara. 

BERITA TERKAIT:
Morgan Oey Debut Film Korea bareng Go Ah Sung
Review Rumah Dinas Bapak: Horornya Nanggung, Komedinya B Aja
Film "Rumah Dinas Bapak", Satu Keluarga Dapat Teror Hantu saat Malam Jumat Kliwon
Sudah Viral di Medsos lalu Difilmkan, Apa itu Skibidi Toilet? 
Tontonan para Bocil Skibidi Toilet akan Difilmkan 

Sel penjara itu, dahulu di zaman kolonial Belanda, difungsikan untuk mengurung orang yang maling kayu alias blandong. Mengerikannya, tak jarang di penjara itu juga jadi tempat pembantaian. Tidak sedikit blandong yang mati disana karena disiksa orang Belanda. 

Bahkan di DYSWIS, Dodit juga menceritakan bahwa di lantai penjara ada bercak darah mengering yang meski dibersihkan tidak juga hilang. CMIIW ya.

Istimewa, bukan? Tidak semua orang lho punya pengalaman hidup se-spooky ini. Sampai sini kita sepakat, cerita ini menarik. 

Sayangnya cerita menarik ini tidak tereksekusi dengan apik. Saya terpaksa harus membandingkan film dengan cerita asli Dodit di DYSWIS. 

Beberapa scene ada yang melenceng dari cerita aslinya, sehingga memudarkan efek horornya. Misalnya adegan "meneng o cangkemmu". 

Di DYSWIS, Dodit menceritakan situasinya adalah dirinya bersama ibu-bapak tengah malam perjalanan pulang habis dari desa sebelah. Di perjalanan motor mogok, terpaksa dituntun dan muncullah sesosok mbah-mbah nangkring di pohon. Karena ibu ketakutan dan terus bertanya, maka bapak Dodit pun menegur dengan "meneng o cangkemmu". Tengah malam, dimana semua gelap hitam pekat, lengang suara, malah lirih-lirih terdengar mbah-mbah berbaju Jawa kuno nembang. Bikin merinding lho itu! 

Sementara di film, kejadian itu diubah jadi sewaktu Dodit pertama kali datang pindahan ke Kemantren. Dilihat dari pencahayaan pada film, kejadian ini terjadi di waktu surup, alias senja. Menurut saya ini jadi tidak cukup mencekam. Harusnya "kekuatan" adegan ini bisa lebih dieksplor sih. 

 

Kekuatan film ini, selain pada sosok hantu Rukmini menurut saya adalah hantu-hantu blandong yang dibuang di tengah hutan. Kenapa mereka hanya sedikit diberi ruang. Mestinya blandong-blandong gentayangan ini sering eksis menampakan diri waktu Sugeng-Kasno patroli. Kenapa sih, sedikit banget! 

Jumpscare paling menghentak, bagi saya adalah waktu si Sugeng tiba-tiba masuk ke dunia lain dan ketemu rambut yang luar biasa panjang. Ketika terus ditarik ternyata rambut itu adalah rambut demit yang balik mengejar Sugeng. Teknik pengambilan gambar yang fokus ke muka demit sambil berlari hingga Sugeng tertabrak pohon lalu kelenger pingsan itu sangat menghentak. Bikin saya berteriak. 

Ada beberapa guyonan yang cukup menganggu dan sebenarnya juga tidak perlu ada. Misal di adegan ketika Mbah Slamet menceritakan kisah hidup Rukmini alias Mimin. Mbah Slamet menjelaskan pasaran hari lahir Mimin, CMIIW, lalu Sugeng dan Kasno malah adu zodiak, dimana mereka sama-sama Libra. 

"Aku Libra Wage."

"Aku Libra Kliwon."

Ini sungguh guyonan yang tidak perlu. Tapi tanpa keberadaan Kasno dan Sugeng, jalan cerita RDB seperti sayur kurang micin, hambar saja. Ampang. Horornya nanggung, komedinya B aja.

Seharusnya unsur-unsur horor yang sejatinya sudah ada, dieksekusi dengan matang. Seperti unsur darah mengering di penjara yang dibersihkan ibu, atau bunyi-bunyi kemeretak tangan di dinding, atau sesajen rokok yang di sudut-sudut rumah yang bila diambil bikin kesurupan. Kenapa unsur-unsur horor yang sudah diceritakaan di DYSWIS ditinggalkan. Kecewa saya. 

Pun dengan bumbu komedinya, seharusnya bisa lebih gerr gerr gerr. Rasanya kecewa, terlebih mereka-mereka (Dodit Mulyanto, Sadana Agung, Fajar Nugra) ini latar belakangnya adalah komika.  Saya jadi berpikir selama menonton, ini konsultan komedinya siapa sih? Kok payah begini. 


 

 
 

***

tags: #film #horor #komedi #dodit mulyanto #rumah dinas bapak

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI