Serunya Melakukan Pendakian di Gunung Sumbing

Perjalanan pendakian gunung kali ini sangat berkesan.

Jumat, 06 September 2024 | 19:30 WIB - Langkah
Penulis: - . Editor: Wis

MENDAKI gunung bagi sebagian orang sangat menenangkan dan menyenangkan, tetapi bagi sebagian lainnya mendaki adalah kegiatan yang sulit, melelahkan dan merepotkan, dan saya berpikiran sama dengan mereka. 

Tak pernah terfikir dibenak saya untuk mendaki gunung, namun sebuah kejadian tak terduga membuat saya akhirnya merasakan sensasi naik gunung. Dan pengalaman pertama mendaki saya, yakni di Gunung Sumbing yang merupakan salah satu gunung tertinggi di Jateng dengan ketinggian 3.317 mdpl. Secara administratif Gunung Sumbing terletak di 3 daerah, yaitu Kabupaten Magelang, Temanggung dan Wonosobo.

BERITA TERKAIT:
Gandeng Dindikpora Temanggung, BBPJT Gelar Tes UKBI Adaptif bagi Kepala SMP
Enam Dapur MBG di Temanggung Sudah Beroperasi
Temanggung Book Party, Komunitas Literasi Pencerdas Kehidupan Masyarakat Temanggung
Liburan Panjang, Wisata Embung Bansari Temanggung Diserbu Pengunjung
Secuil Kenangan di Rumah Tugeno Puspowidjojo tahun 1970

Saya dan teman-teman saya mendaki melalui jalur pendakian via Garung, Temanggung. Jelang sore hari, saya dan teman-teman sampai di Basecamp untuk melakukan pendataan barang bawaan, pembacaan peraturan, pembagian peta dan briefing dengan petugas Basecamp. 

Barang bawaan wajib dicatat semuanya, berapa banyak makanan bungkus yang dibawa, berapa banyak botol aqua yang dibawa, bahkan jumlah puntung rokok yang dibawa juga wajib dicatat dan dilaporkan. Hal itu bertujuan untuk mengurangi kemungkinan membuang sampah di sepnajang perjalanan saat mendaki gunung, dan sampah dari bungkus makanan atau minuman kita wajib dibawa turun dan dihitung kembali sesuai pencatatan awal.

Kami melakukan pendakian sehabis ashar. Jalan yang dilalui pun cukup menyenangkan melewati pemukiman penduduk, kandang ayam, hutan bambu dan persawahan. Untuk sampai Pos 1 dibutuhkan waktu 2 jam dengan berjalan kaki, walau sebetulnya banyak ojek motor yang menawarkan untuk mengantar. Namun kami lebih memilih jalan kaki untuk menikmati suasana.

Pos 1 di jalur pendakian Gunung Sumbing merupakan sebuah warung yang sudah kosong, disini terdapat persimpangan jalur. Sepanjang jalur pendakian sering kali terlihat tulisan “Jalur Babi”, dan para pendaki diimbau menghindari jalur tersebut agar tidak berpapasan dengan Babi Ganas atau biasa disebut BaGas

Perjalanan dari pos 1 ke pos 2 mulai masuk hutan dengan vegetasi cukup lebat, selain itu medan curam mulai kami temui, sehingga untuk melangkah ke depan para pendaki harus berpegangan dengan pohon kecil yang dirasa kua.

Sampai di Pos 2, yang terlihat hanyalah plang bertuliskan “pos 2” dan terdapat batu besar untuk beristirahat. Tidak jauh dari pos 3 adalah tempat kita membuat tenda, terdapat beberapa dataran yang rata untuk pendaki mendirikan tenda.

Perjalanan dari Basecamp sampai ke pos 3 menghabiskan waktu 9 jam dan sampai pada pukul 11 malam, bagi teman-teman saya yang sudah sangat berpengalaman dalam pendakian durasi 9 jam sangatlah lama, tetapi mereka bisa mentolerir dan selalu menanyakan keadaan saya karna mereka membawa saya sebagai pemula dan penderita asma. 

 

Suhu di tenda saat malam hari, ketika sangat dingin bahkan mencapai 3 derajat Celcius, sehingga badan terasa menggigil dan membuat sulit tidur. 

Saya dan teman-teman berencana untuk Summit di jam 3 pagi. Summit adalah istilah pendakian yang menggambarkan perjalanan menuju puncak, biasanya dilakukan saat menjelang matahari terbit. Namun karena saya dan teman-teman sulit tidur dan kedinginan, akhirnya kami melakukan Summit pada jam 10 pagi.

Saat perjalanan untuk Summit kami kembali melewati jalur yang sangat curam, jalan setapak yang sangat kecil, dan tanah yang tidak terlalu padat sehingga mengakibatkan terpeleset. Jalan menuju pos 4 juga sangat sulit, bahkan kami harus memakai tali yang diikatkan ke batu agar bisa naik. Kehati-hatian sangat diperlukan saat mendaki, bila pendaki diatas berteriak “batu” maka cepat-cepatlah menghindar, dan jangan terlalu sering menghadap ke atas karena banyak debu yang akan masuk ke mata.

Pos 4 berhadapan langsung dengan Gunung Sindoro yang berada di depan Gunung Sumbing. Berada di ketinggian 3.000 mdpl, kami sudah merasa sangat kelelahan dan memutuskan istirahat. Keindahan alam yang memanjakan mata, terbayar semua kelelahan yang sudah dilewati,  terlihat pendaki lain sedang melewati jalur yang semalam saya lewati. 
 
Sekarang saya mengerti alasan pendaki lain saat berpapasan selalu mengatakan “semangat”, karna saya pun tidak tau jalur di depan seperti, hal apa yang akan terjadi, ataupun seberat apa medannya. 

Saat pendaki lain turun, mereka menganjurkan untuk tidak naik ke puncak, karna medan yang sulit dan puncak yang ramai. Diputuskan pendakian kami selesai di pos 4 dan turun ke tenda.

Saya kira tidak ada yang lebih menyulitkan dari mendaki gunung, ternyata perjalanan menuruni gunung lebih menyulitkan dari itu. Karna kurangnya pengalaman dan pengetahuan tentang alat mendaki saya, saya terjatuh dan terpeleset berkali-kali. Sangat tidak disarankan mendaki gunung menggunakan sepatu running, lebih baik memakai sandal gunung karna lebih aman.

Bagi saya saat itu, tidak ada hal yang lebih menyegarkan dari mencuci muka dari sumber mata air langsung. Memasak, minum, mencuci muka, mencuci peralatan, berwudhu dilakukan di tempat yang sama dan harus bergantian dengan pendaki lain.

Perjalanan pendakian gunung kali ini sangat berkesan. Saya sangat bersyukur dapat melakukan perjalanan dengan teman-teman yang baik, sabar dan tidak merasa direpotkan oleh pemula. 

Mendaki gunung itu sulit, tetapi terasa lebih menyulitkan bila tidak bertemu teman yang tepat.

Ditulis oleh wartawan magang Kuasakata Prima Fauzani Riawan

***

tags: #temanggung #wonosobo #pendaki #gunung sumbing

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI