Legenda Rawa Pening, Danau Alami Penuh Misteri di Ambarawa

Rawa Pening memiliki luas 2.670 hektare dengan kedalaman maksimal 3 meter  dan menempati wilayah Kecamatan Ambarawa, Bawen, Tuntang dan Banyubiru. 

Selasa, 29 Oktober 2024 | 15:56 WIB - Langkah
Penulis: - . Editor: Kuaka

Rawa Pening adalah salah satu danau alami yang berada di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Nama Pening diambil dari kata wening yang berarti tenang, damai dalam bahasa Jawa.

Rawa Pening memiliki luas 2.670 hektare dengan kedalaman maksimal 3 meter  dan menempati wilayah Kecamatan Ambarawa, Bawen, Tuntang dan Banyubiru. 

BERITA TERKAIT:
Legenda Rawa Pening, Danau Alami Penuh Misteri di Ambarawa
Andika-Hendi Komitmen Selesaikan Masalah Petani Sekitar Danau Rawa Pening
Bicara di WWF Bali 2024, Nana Sudjana Sampaikan Pengelolaan Rawa Pening yang Berkelanjutan
Polres Semarang Bagikan 50 Jaket Pelampung ke Nelayan dan Pengelola Wisata Rawa Pening
Dalam Sehari, Dua Nelayan Ditemukan Tewas di Rawa Pening Kabupaten Semarang

Berdasarkan sejarah, Rawa Pening terbentuk setelah terjadi peningkatan curah hujan yang tinggi sekitar 18000 Sebelum Masehi. Namun berdasarkan legenda setempat Rawa Pening terbentuk dari seekor naga bernama Baru Klinting.

Menurut legenda setempat, Baru Klinting adalah sosok naga yang dikaitkan dengan terbentuknya Rawa Pening. Baru Klinting adalah anak dari pasangan Ki Hajar Salokantara dan Endang Sawitri yang berasal dari Desa Ngasem. 

Baru Klinting memiliki wujud seperti naga namun bisa berbicara seperti manusia. Hingga pada suatu hari Baru Klinting pergi ke lereng Gunung Telomoyo untuk menemui ayahnya yang sedang bertapa di lereng gunung tersebut.

 

Namun, Ki Hajar Salokantara tidak mengakuinya begitu saja, Baru Klinting harus melingkari Gunung Telomoyo dan bertapa selama setahun untuk mendapatkan pengakuan dari Ki Hajar Salokantara.

Saat bertapa keberadaan Baru Klinting diketahui oleh masyarakat Desa Pathok yang merupakan desa yang bermukim di lereng Gunung Telomoyo. Warga Desa Pathok yang saat itu sedang membutuhkan bahan makanan untuk sedekah bumi, kemudian memotong Baru Klinting yang masih berwujud naga tersebut.

Setelah kejadian itu, Baru Klinting menjelma menjadi seorang bocah kurus penyakitan yang buruk rupa yang kemudian datang ke pesta sedekah bumi tersebut untuk meminta makanan.

Namun, alih-alih mendapatkan makanan, Baru Klinting justru diusir oleh para warga. Akibat perlakuan tersebut, ia membuat sayembara bagi warga desa dengan menancapkan lidi. Dalam sayembara tersebut Baru Klinting menantang warga desa untuk mencabut lidi tersebut.

Namun, tidak ada seorangpun warga desa yang sanggup mencabut lidi tersebut kecuali dirinya sendiri. Setelah lidi tersebut dicabut, muncullah air yang mengalir deras dan perlahan menenggelamkan desa, dan terbentuklah Rawa Pening yang kini dikenal oleh masyarakat luas.

Ditulis oleh wartawan magang Kuasakata Ikhsan Wahyu Nurrohman.

***

tags: #rawa pening #tuntang #kabupaten semarang

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI