Kuntowijoyo: Sastrawan, Sejarawan, dan Pemikir Islam yang Tak Pernah Padam

Kuntowijoyo tetap dikenang sebagai seorang sastrawan, sejarawan, dan intelektual Muslim yang meninggalkan warisan pemikiran luar biasa bagi dunia sastra dan akademik Indonesia.

Rabu, 12 Maret 2025 | 21:31 WIB - Sosok
Penulis: Arya Jkt . Editor: Wis

KUASAKATACOM, SEMARANG- Pada awal tahun 1992, KUNTOWIJOYO, seorang sastrawan sekaligus sejarawan, dikabarkan mengalami gangguan kesehatan akibat virus Meningoencephalitis. Kondisinya yang memburuk membuatnya sulit bergerak dan berbicara, hingga beberapa koleganya pesimistis terhadap kelanjutan karier intelektualnya. Namun, setelah dua tahun beristirahat, ia kembali dengan karya-karya besar di bidang sastra dan sejarah.

Sebelum sakit, KUNTOWIJOYO dikenal sebagai penulis produktif yang telah menerbitkan berbagai novel, naskah drama, dan antologi puisi, di antaranya Suluk Awang-uwung (1975), Pasar (1972), Khotbah di Atas Bukit (1976), dan Topeng Kayu (1973). Selain itu, ia juga aktif dalam dunia akademik dengan menerbitkan kumpulan esai ilmiah seperti Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia (1985) dan Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi (1991).

BERITA TERKAIT:
Kuntowijoyo: Sastrawan, Sejarawan, dan Pemikir Islam yang Tak Pernah Padam

Setelah sembuh, KUNTOWIJOYO kembali berkarya dengan menghasilkan cerpen-cerpen yang masuk dalam daftar terbaik Kompas pada 1995 hingga 1997. Ia juga menerbitkan beberapa buku penting seperti Demokrasi dan Budaya Birokrasi (1994) dan Muslim Tanpa Masjid (2001). Semangatnya untuk menulis tak pernah padam hingga wafat pada 22 Februari 2005.

 

Dilahirkan di Bantul, Yogyakarta, pada 18 September 1943, KUNTOWIJOYO tumbuh dalam lingkungan keluarga seniman yang turut membentuk minatnya terhadap sastra. Sejak kecil, ia gemar membaca dan mendalami berbagai karya sastra dari dalam maupun luar negeri. Saat kuliah di Jurusan Sejarah UGM, ia semakin aktif menulis dan mendirikan Lembaga Kebudayaan dan Seniman Islam (Leksi).

Selain berkontribusi dalam sastra dan sejarah, KUNTOWIJOYO juga mengembangkan konsep Ilmu Sosial Profetik. Gagasan ini berupaya menggabungkan ilmu sosial dengan nilai-nilai Islam guna menciptakan transformasi sosial yang lebih berkeadilan. Ia menegaskan bahwa ilmu tidak boleh hanya berorientasi pada pemahaman, tetapi juga harus berperan dalam mengubah masyarakat ke arah yang lebih baik.

Melalui karya-karyanya, KUNTOWIJOYO tetap dikenang sebagai seorang sastrawan, sejarawan, dan intelektual Muslim yang meninggalkan warisan pemikiran luar biasa bagi dunia sastra dan akademik Indonesia.

***

tags: #kuntowijoyo #sastrawan #sejarawan

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI