Maslikhatin: Antara Guru dan Menjahit Impian Generasi Qurani
Maslikhatin ingin ada gebrakan baru terutama dari pemerintah untuk menghadapi kesemrawutan ini. Baginya tholabul ilmi tak boleh berhenti.
Selasa, 09 Maret 2021 | 11:53 WIB - Sosok
Penulis: - . Editor: Ririn
Mengajar Taman Pendidikan Alquran (TPQ) Tartilul Quran Jepara sudah menjadi rutinitas setiap sore yang dilakukan Maslikhatin sejak 23 tahun yang lalu. Ia ingat betul pertama kali mengajar mendapat upah yang hanya bisa digunakan membeli sabun batang. Tapi ini bukan masalah upah, tapi bagaimana dorongan hati untuk tetap mengajarkan ilmu Alquran.
Saat mulai bercerita, ia berkelakar tentang salah satu muridnya yang sekarang malah jadi gurunya. “Saya ingat betul, Namanya Tsabit, murid paling berkesan bagi saya, sekarang dia malah jadi tutor guru-guru TPQ se-Jepara, turtor saya juga. Siapa sangka sekarang saya yang jadi muridnya,” ungkap Maslikhatin dengan sedikit tawa.
Memang 23 tahun yang tidak singkat, banyak cerita suka duka. Tangisan pun tak terelakan selama ia mengajar. Sekali pun ia merasa jengkel atau bersedih, itu tak jadi alasan baginya berhenti mengajar di TPQ. “Memang melelahkan tapi kalau diingat lagi tujuan awal mengajar, untuk ibadah, ya akan terus mengajar,” katanya. “ingat betul dengan murid yang nakalnya tidak bisa diatasi, namun saat murid sudah keluar dari TPQ, ia sangat hormat dengan saya, menyapa dan juga mencium tangan dengan takzim. Ya Allah bahagianya tidak ternilai,” imbuhnya.
BERITA TERKAIT:
Richa Amalia: Merangkai Kreativitas Lewat Bunga Hingga Merintis Sociopreneur
Maslikhatin: Antara Guru dan Menjahit Impian Generasi Qurani
Mulyo Budi Setiawan, Jadi Dosen dan Pengalaman Keliling Indonesia
Kunci Sukses Berta Tekuni Dunia Ekonomi
Prof Ridwan Sanjaya: dari Keingintahuan hingga Bertahan
Kevin Ferdinand, Mahasiswa Nyambi Jadi Driver Ojol
Adat, Antara Bangkit dari Keterpurukan dan Raih Cita-Cita
Maslikhatin mengungkapkan susahnya mengajar di saat musim penghujan karena banyak atap ruang kelas yang bocor sehingga memecah konsentrasi. Bertambahnya waktu juga membuatnya harus menyesuaikan kurikulum yang ditetapkan satuan pendidikan metode Qiroaati. Bukan berarti upah yang tidak sesuai membuat ia mengajar dengan asal-asalan, tapi ia pun harus melalui uji kualifikasi sebagai peningkatan mutu.
Selain mengajar, Maslikhatin juga membuka jasa menjahit, meski masih dalam skala kecil, ia bersyukur ada penghasilan tambahan. Ia berharap selain dapat menjahit baju, ia juga dapat menjahit impian murid-muridnya.
Pandemi Covid-19 membuat kesehariannya berubah. Jahitannya sepi orderan dan Ia tak lagi mengajar setiap sore. Selama 3,5 bulan kiranya ia mulai gusar. “akhir Juni TPQ berinisiatif untuk menerapkan belajar ke rumah guru terdekat, kucing-kucingan dengan pimpinan pusat. Bukan apa-apa, tapi tak ada jalan lain,” begitulah keluhnya.
Bagai simalakama langkah itu dipilih, suka tidak suka tetap harus dijalani karena tak semudah itu menerapkan pembelajaran daring. TPQ itu berada di pelosok desa, tak semua bisa mengakses layanan daring. Materi pun susah tersampaikan karena bagaimana pun juga, metode Qiroati itu bisa dikatakan susah. Metode meringis, mecucu, mangap (M3) dalam pembacaan al-quran sangat susah jika diterapkan lewat daring. Makhorijul huruf pun perlu ekstra perhatian untuk pembelajaran.
“Pertengahan Juli TPQ melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolahan, namun menerapkan shift bergantian dengan protokol kesehatan. Seminggu masuk tiga kali. Setiap pertemuan kira-kira lima orang saja. Kami selalu diawasi pihak keamanan,” katanya.
Murid dalam TPQ berasal kurang lebih dari dua desa setempat, hal ini menjadi pertimbangan juga. Maslikhatin ingin ada gebrakan baru terutama dari pemerintah untuk menghadapi kesemrawutan ini. Baginya tholabul ilmi tak boleh berhenti. Kesehatan pun tak boleh terabaikan. Ia tak pernah putus berdoa agar usahanya untuk menjahit impian generasi qurani tak pernah terhenti.
*Tulisan di atas dibuat oleh reporter magang KUASAKATACOM Lala
tags: #sosok #maslikhatin #tpq
KOMENTAR
BACA JUGA
TERKINI

Purbalingga Diusulkan Miliki Kawasan Wisata Religi dan Industri
13 April 2021
.png)
Mark dan Rimar Masuk Grand Final Indonesian Idol!
13 April 2021
.png)
Rimar Tutup Idol dengan Lima SO dari Juri
13 April 2021
.png)
Dapat 5 SO, Anggi Bahkan Curi Hati Maia Sejak Sebelum Audisi
12 April 2021

Tampil Solo, Anang Nilai Penampilan Mark Belum Luar Biasa
12 April 2021

Rimar Duet dengan Lyodra, Maia: Keduanya Juara Satu
12 April 2021

Duet dengan Ziva, Mark Makin Santai dalam Bernyanyi
12 April 2021

Duet dengan Tiara, Anggi Dapat Lima SO
12 April 2021

Big 3, Penampilan Rimar Tetap Internasional
12 April 2021

Diskusi Gerakan Mahasiswa Melawan Ekstrimisme
12 April 2021

Big 3, Anggi Penuhi Ekspektasi Juri Saat Audisi
12 April 2021