Sifa Bersama Albitec Terus Perkenalkan Manfaat Mikroalga ke Masyarakat
Albitec dijadikan Sifa sebagai lahan percobaan untuk menerapkan prinsip-prinsip yang diperjuangkannya dulu.
Selasa, 07 Februari 2023 | 17:37 WIB - Sosok
Penulis:
. Editor: Wis
SAAT ini banyak industri manufaktur tumbuh berkembang di Kota Semarang, meski menjadi perusahaan rintisan namun perkembangan PT Alga Bioteknologi Indonesia (Albitec) cukup menggembirakan, bahkan perushaan tersebut membuka kemitraan dengan masyarakat.
Albitec didirkan dari tahun 2017, perusahaan tersebut memproduksi mikroalga jenis spirulina yang banyak ditemui di perairan Indonesia. Bahkan bisa dikatakan perusahaan ini merupakan satu-satunya pabrik mikroalga berskala industri dengan fasilitas produksi terbesar dan terluas di Kota Semarang.
BERITA TERKAIT:
Sifa Bersama Albitec Terus Perkenalkan Manfaat Mikroalga ke Masyarakat
Sukses di Luar Negeri, Produk Spirulina Albitec Semarang Mulai di Pasarkan di Indonesia
Sukses di Luar Negeri, Kini Produk Budidaya Spirulina Albitec Semarang Mulai di Pasarkan di Indonesia
Perusahaan yang berlokasi di Jetis Terawas, RT.03/RW.03, Cepoko, Kecamatan Gunungpati, itu mengolah spirulina menjadi suplemen makanan, bahan perawatan kecantikan, juga pakan ternak dan pupuk buat tanaman.
Menurut Direktur Eksekutif Albitec Falasifah, spirulina itu dulu sangat mahal karena diimpor dari Korea dan Malaysia. Ia mengetahui manfaat spirulina itu karena ada saudaranya yang terkena penyakit diabetes.
"Budhe saya sakit diabetes, ini memperkenalkan saya dengan spirulina," katanya kepada KUASAKATACOM, Selasa (7/2/2023).
"Tapi dulu mahal, karena banyaknya masih impor dari Malaysia dan Korea. Akhirnya saya coba di kos untuk mengembangkan spirulina, ternyata bisa dan dari akuarium alhamdulillah saya bertemu investor untuk mengembangkan ini," ucap Falasifah atau akrab disapa Sifa tersebut.
spirulina produksi Albitec dipasarkan dalam beberapa bentuk. Untuk pasar ekspor, mikroalga berwarna biru kehijauan itu dipasarkan dalam bentuk bubuk dan serpihan atau flakes. Memiliki harga bervaratif, tergantung kualitas dan peruntukannya.
Albitec mematok harga sekitar Rp1 juta per kilogramnya, untuk spirulina bubuk dengan kualitas terbaik. Sedangkan untuk yang termurah harga Rp350.000 per kilogram, yang biasanya digunakan untuk keperluan pakan ternak.
Di lokasi pabriknya, Albitec mimiliki 16 kolam dengan kapasitas 25.000 liter per kolamnya. Perusahaan itu juga punya mesin pengering dengan kapasitas 20-30 kilogram per lapisan yang ditenagai oleh Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).
Perusahaan tersebut, saat ini telah menerima pesanan ekspor dengan permintaan hingga 9 ton tiap bulannya. "Kami mencoba untuk menguasai pasar Eropa," sambungnya.
Dan di bulan April nanti mereka bakal melakukan pameran di Eropa. "Insyaallah di April ini kita akan ke Jerman untuk melakukan pameran. Di Indonesia sendiri kita masih coba target di 10 persen pasar dalam negeri. Itu untuk tahun ini," jelas Sifa.
Tingginya permintaan produk spirulina di pasar mancanegara membuat, Albitec menjalin kemitraan dengan masyarakat. Kemitraan dan pembinaan itu dilakukan dengan masyarakat desa dari Kabupaten Kudus di Jawa Tengah, hingga Kabupaten Blitar di Jawa Timur.
Sifa menjelaskan sistem kemitraan itu dengan melakukan setengah tahun pendampingan untuk teknik kultivasi. "Baru mereka bisa setor ke kita. Sekarang memang belum ada, tapi proyeksinya setiap galon menghasilkan 50 gram. Dikali mereka punya berapa. Di Kudus, mereka sekarang punya 62 galon, sekitar 3 kilogram sekian," bebernya.
Kerja sama secara inklusif dengan masyarakat luas terus diupayakan dijalin oleh Albitec. Tidak hanya itu, Albitec akan terus memperkenalkan mikroalga dan masyarakat dipersilakan untuk memanfaatkan secara luas produk itu.
"Tidak harus disetor ke Albitec, mau dikembangkan buat suplemen pakan lele, dikonsumsi sendiri, tidak masalah. Bahkan ada yang sudah bereksperimen dengan nutrisinya. Mereka yang mengajari kami," terangnya.
Albitec memegang teguh prinsip keterbukaan. Sifa mengungkapkan bahwa bagi perusahaan rintisan itu, selain omzet, inovasi dan dampak ke masyarakat juga sangat penting buat dikejar.
"Ada metric impact di kami, katakanlah dampak Environmental, Social, dan Governance (ESG). Metriknya berapa, apakah kita sudah sampai mempengaruhi kebijakan, dan sebagainya. Ini masih sangat relevan [sebagai perusahaan]," ungkapnya.
Tidak hanya ke masyarakat, kredo itu juga diwujudkan dengan membuka akses seluas-luasnya buat pelajar dan mahasiswa yang ingin menimba ilmu soal mikroalga. Ada sekitar 10 pekerja, ungkap SIfa yang disebutnya sebagai civitas. Kultur perusahaan dibangun lewat arahan pagi dan Scrum Meeting.
Kultur perusahaan yang dinamis dan fleksibel itulah yang membuat banyak milenial tertarik dan ikut belajar di Albitec. Sifa menandaskan, baik pekerja hingga pelajar dan mahasiswa yang magang di Albitec mendapatkan perlakuan yang sama.
Albitec terbuka mengajarkan teknik budidaya mikroalga, walau begitu mereka tetap membatasi akses kekayaan intelektual yang jadi rahasia perusahaan. Di luar hal tersebut, Sifa menyebut pintu Albitec selalu terbuka lebar buat siapapun, termasuk ke masyarakat luas. Sehingga tak heran bila belakangan Albitec begitu diminati masyarakat luas.
Sistem kemitraan yang bersifat inklusif secara tidak langsung mendorong masyarakat agar berani bereksperimen untuk memanfaatkan mikroalga tersebut.
"Kami fokus ke bagaimana menyampaikan brand ini ke masyarakat. Kita bisa menyebut spirulina, tapi masyarakat belum tentu. Paling mentok alga. Makanya kami perkenalkan dengan cara 'Seeing is Believing'. Ngobrol dengan petani langsung, dengan contoh. Itu yang kita lakukan seperti itu. Makanya kita ke masyarakat tidak banyak sosialisasi, lebih banyak dengan praktik," jelas Sifa.
Sifa sebelum menggeluti spirulina telah akrab dengan isu keberlanjutan lingkungan hidup khususnya pada aspek kelautan. Dulu hari-hari di masa kuliahnya lebih sering dihabiskan sebagai aktivis yang membantu membersihkan laut di sekitaran Kota Semarang.
Hal itu pun masih terbawa hingga kini mengurus perusahaannya, Albitec dijadikan Sifa sebagai lahan percobaan untuk menerapkan prinsip-prinsip yang diperjuangkannya dulu.
Pabrik dengan kapasitas produksi mikroalga hingga 500 kilogram per bulan itu dijalankan dengan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) dan sambungan listrik PLN. Selain memanfaatkan energi hijau, Albitec juga menerapkan prinsip permakultur hingga pengelolaan sampah terintegrasi.
"Orang bilang ini idealis sekali, tapi buat kami, ini proses untuk menjadi jalan tengah," pungkasnya.
tags: #spirulina #albitec #mikroalga #energi baru terbarukan
Email: [email protected]
KOMENTAR
BACA JUGA
TERKINI

Ibu Muda di Palembang Lapor Polisi karena Diajak Check In agar Utang Rp25 Juta Lunas
24 Maret 2023

Harga Cabai Rawit di Pemalang Makin Pedas, Tembus Rp80.000 per Kilo
24 Maret 2023

Pemkab Jepara Taati Larangan Buka Puasa di Kalangan Pejabat dan ASN
24 Maret 2023

PSSI Rilis Lagu Resmi Piala Dunia U-20, Ini Judul Lagu, Pencipta, dan Penyanyinya
24 Maret 2023

Walikota Semarang Perintahkan Satpol PP Cegah Pembagian Takjil di Jalan Raya
24 Maret 2023

Nikahan Saudara Kembar Tiga di Demak, Mirip Karnaval
24 Maret 2023

Viral Detik-detik Wanita Melahirkan di KRL Commuter Line Stasiun Duri
24 Maret 2023

Warga Perlu Tahu! Walikota Semarang Sediakan Empat Titik Berbagi Takjil Buka Puasa
24 Maret 2023