Bubur India Masjid Pekojan Semarang: Tradisi Seabad yang Tetap Terjaga
Saya belajarnya cukup lama, sudah 10 tahun. Saya bukan keturunan asli sini, saya pendatang,
Senin, 17 Maret 2025 | 22:12 WIB - Ujirasa
Penulis:
. Editor: Wis
KUASAKATACOM, SEMARANG- Setiap bulan Ramadan, Masjid Jami Pekojan di Kampung Petolongan, Kota Semarang, selalu menyajikan bubur india yang resep dan cita rasanya telah terjaga selama lebih dari 100 tahun. Tradisi ini terus diwariskan dari generasi ke generasi oleh para juru masak yang bersedia meneruskannya.
Rahasia Kelezatan bubur india
BERITA TERKAIT:
Bubur India Masjid Pekojan Semarang: Tradisi Seabad yang Tetap Terjaga
Bubur India, Hidangan Jelang Buka Puasa Khas Masjid Jami Pekojan yang Usianya Seabad
Bubur India, Tradisi Takjil Khas Masjid Jami’ Pekojan Semarang yang Diwariskan Turun Temurun
Di balik kelezatan bubur india, terdapat proses memasak yang masih mempertahankan cara tradisional. Setelah salat Zuhur, para takmir masjid langsung bersiap memasak menggunakan dandang tembaga besar yang dipanaskan dengan kayu bakar.
Juru masak utama saat ini adalah Ahmad Paserin (54), atau yang akrab disapa Sirin. Ia mulai membantu memasak bubur sejak 10 tahun lalu, hingga akhirnya ditunjuk sebagai penerus oleh juru masak sebelumnya, Ahmad Ali bin Ali Yasin, yang meninggal pada 2022.
"Saya belajarnya cukup lama, sudah 10 tahun. Saya bukan keturunan asli sini, saya pendatang," ujar Sirin,
Sejak pukul 10.00 WIB, ia mulai menyiapkan bumbu rempah, seperti daun salam, serai, pandan, bawang merah, bawang putih, jahe, dan lainnya. Setelah semuanya tercampur dengan beras dan santan, Sirin mengaduknya selama satu jam penuh dengan pengaduk kayu agar bubur matang merata.
"Pernah coba pakai gas, tapi panasnya tidak merata. Makanya tetap pakai kayu bakar dan dandang tembaga," tambahnya.
Untuk sekali masak, dibutuhkan 20 kg beras yang menghasilkan lebih dari 200 porsi bubur. Warga sekitar dan jamaah masjid pun datang membawa wadah sendiri, sementara yang berbuka di masjid akan mendapat bubur di mangkuk warna-warni.
Tradisi Seabad: Dari Pedagang Gujarat hingga Warisan Budaya
Tradisi bubur india di Masjid Pekojan sudah berlangsung selama lebih dari 100 tahun. Dahulu, kawasan Petolongan menjadi persinggahan pedagang dari Gujarat, India, dan Pakistan. Mereka membangun masjid untuk beribadah, dan saat Ramadan tiba, para musafir sering berbuka dengan bubur.
Hingga kini, asal-usul nama "bubur india" masih menjadi misteri, tetapi tradisinya tetap lestari. Masjid Pekojan sendiri, yang dibangun sekitar 1878 M oleh Syeh Latief dari Koja, telah ditetapkan sebagai cagar budaya.
Di sekitar masjid juga terdapat makam-makam bersejarah, salah satunya Syarifah Fatimah binti Husain Al-Aidrus, yang diyakini masih memiliki garis keturunan Nabi Muhammad. Sosoknya dikenal sebagai perempuan baik hati yang banyak membantu warga.
Menu Ramadan yang Selalu Dinantikan
Setiap harinya, lauk atau topping bubur india berbeda-beda, tergantung dari donasi para dermawan. Hari ini, bubur disajikan dengan telur dan kari, serta buah-buahan sebagai pelengkap. Meski lauknya berubah-ubah, cita rasa khas buburnya tetap terjaga.
"20 kg beras bisa untuk 200 porsi lebih. Ada yang untuk warga sekitar, ada juga yang datang dari jauh," kata Sirin.
Ramadan di Masjid Pekojan bukan hanya soal berbuka dengan bubur india, tetapi juga tentang melestarikan warisan budaya dan menjalin kebersamaan di tengah keberagaman Semarang.
***tags: #bubur india #masak #resepsi #ramadhan #kuliner
Email: [email protected]
KOMENTAR
BACA JUGA
TERKINI

Toyota bZ7 Meluncur di Shanghai, Mobil Listrik Pintar Pakai HarmonyOS Huawei
24 April 2025

realme 14 Series 5G Rilis 6 Mei: Baterai Gede, Chipset Kenceng
24 April 2025

Jamie Vardy Resmi Tinggalkan Leicester City Setelah 13 Tahun Bersejarah
24 April 2025

Mulai 26 April, Tarif Tol Dalam Kota Semarang Naik Rp500
24 April 2025

AS Dilanda Wabah Campak Terburuk, Hoaks Vaksin Makin Meluas
24 April 2025

HUT ke-63 BKOW Jateng, Nawal Arafah Soroti Pentingnya Kesehatan Mental Perempuan
24 April 2025

Pemprov Jateng Siap Maksimalkan Potensi Hutan Lewat Kolaborasi
24 April 2025

Penanganan Sampah Harus Jadi Gerakan Kolektif Masyarakat
24 April 2025