Ketupat jembut khas Semarang, disajikan sebagai makanan Syawalan | Gimage

Ketupat jembut khas Semarang, disajikan sebagai makanan Syawalan | Gimage

Makanan Khas Nusantara, dari Ketupat Jemb*t sampai Mi Penthil (2 - Habis)

Nah, kini kita masuki bagian kedua, yang masih beraroma alat vital atau bagian intim dari tubuh kita, yang sebenarnya bermakna lain jika beda pengucapan, atau berbeda di daerah lain.

Jumat, 14 April 2023 | 08:05 WIB - Ujirasa
Penulis: Penaka Kemalatedja . Editor: Kuaka

JADI, tersaji sudah bahwa makanan khas di Indonesia itu selain enak, unik, langka, juga lucu dan menggembirakan. Nama-nama yang berbau alat kelamin, yang kadang menimbulkan kesalahpahaman, ternyata karena beda pengucapan, dan atau keisengan warga untuk melucu saja, sebagaimana kue tolpit, karena bentuknya yang ‘’inspiratif’’, hahaha…

Nah, kini kita masuki makanan lain, yang masih beraroma alat vital atau bagian intim dari tubuh kita, yang sebenarnya bermakna lain jika beda pengucapan, atau berbeda di daerah lain.

BERITA TERKAIT:
Makanan Khas Nusantara, dari Ketupat Jemb*t sampai Mi Penthil (2 - Habis)
Vagina Kembali Kencang Seperti Perawan Setelah Melahirkan, Lakukan Perawatan Ini

Keempat, Mie Penthil Bantul
Ya, sekilas ini memang agak ‘’saru’’ namanya. Penthil adalah nama lain dari puting susu atau payudara. Tapi jangan berpikir ke situ aja. Mie Penthil dari Bantul, Yogyakarta, ini maknanya tidak di arahkan ke puting susu perempuan. Penthil di sini mengacu kepada puting pada karet ban. Hahaha…

Jadi, mi yang kenyal dan gurih sekali saat diseruput kuahnya ini, dinamakan seperti itu karena mengacu pada kekenyalannya yang mirip karet. Dan karena warna mi yang kekuningan, lebih cocok jika diacu langsung ke penthil ban, yang juga memang berwarna senada.

Acuan pada penthil ini juga bukan langsung. Tapi proses bertahap dari pelanggan yang merasakan kekenyalannya, lalu muncul semacam guyonan, yang kemudian ditabalkan menjadi nama yang paling populer. Dan nama penthil itu juga yang kemudian membuat mi ini jadi terkenal. Ya apalagi, selain kesan saru dan lucu yang dibawanya. Eh, tapi beneran enak lho, sumpah!

Kelima, Ketupat Jembut Semarang
Ya, Anda nggak salah dengar. Ini memang makanan khas Semarang, terutama sebagai menu Syawalan, perayaan lebaran. Ketupat jembut dijadikan hantaran, atau bagian dari makan bersama untuk merayakan kebersamaan beridulfitri.

Meski kini makin sulit menemukan makanan ini, tapi tradisi mengonsumsi Ketupat jemput ini tetap populer dan di beberapa tempat masih terus dilestarikan.

Ketupat ini dinamakan jembut karena memang bentuknya yang lucu, penuh isian toge  dan sambal kelapa yang mencuat dari perangkap ketumpat, sehingga mirip rerambutan yang seperti bulu kelamin itu.

 

Karena di dalamnya sudah ada sayur dan bumbu,kupat jembut ini sudah terasa lezat meski tak ditambahkan opor ayam atau sayur bersantan lainnya.

Menurut warga tua Semarang, Ketupat jembut ini sudah ada sejak tahun 1950-an, sebagai penyiasatan kondisi ekonomi yang tidak stabil, tetapi harus tetap merayakan Syawalan. Maka, untuk menyiasati hal itu, lahirlah ide untuk membuat Ketupat yang biasanya berlauk ayam dan atau daging, dengan lebih sederhana tapi juga tetap enak. Lalu ide menyatukan Ketupat dengan sambal kelapa dan taoge itu lahir. Dan karena bentuknya yang seperti itu, nama Ketupat jembut pun otomatis muncul. Tak ada maksud untuk saru atau jorok, tapi naluri melucu saja dalam kondisi sulit waktu itu.

Cerita di atas dikuatkan dalam buku kuliner semarangan Menikmati Rasa di Sepanjang Pesisir Utara Jawa, Mencecap Lezatnya Kekayaan Cita Rasanya tulisan Murdijati Gardjito, Murullia Nur Utami dan Chairunisa Chayatinufus.

Di Kendal, kabupaten yang bersebelahan dengan Semarangan, Ketupat jemput ini hanya dimasak ketika lebaran oleh keluarga yang sudah kehilangan salah satu anggotanya, baik orang tua atau anak. Ketupat ini akan dibagikan kepada anak-anak tetangga atau kampung sebagai tanda syukuran. Bahkan ada yang sengaja memasukkan uang ke dalam Ketupat ini sebagai bagian dari tradisi THR. 

Unik dan lucu ya? Soal rasa? Ya geli-geli sedaplah. Ayoo cobaaa….

Keenam, Roti Bokong
Ini roti yang memang bentuknya mitip belahan pantat alias bokong. Roti ini populer di Purbalingga, salah satu kabupaten di Jawa tengah. Sebenarnya, dari bentuk roti ini, harusnya nama lengkapnya roti bokong burik, karena ada bintik-bintik dan warna roti yang cokelat menggelap, hahaha…

Bagaimana sejarah dinamakan roti bokong, tak ada yang memberikan jawaban pasti. Selain tentu, mengacu pada bentuknya yang memang mirip bokong. Namun, perkara rasa, roti ini memang gurih dan manis, cukup enak dimakan pagi hari, dengan teh panas.

Tampilan roti bokong memang sedikit menipu. Meski sekilas terlihat seperti kue kering, sejatinya roti bokong terasa kenyal. Perpaduan kacang hijau dan gula jawa yang menjadi bahan isian roti seolah lumer di mulut.

Masih banyak lagi roti atau panganan lain yang khas daerah di Indonesia, yang namanya lucu dan saru. Bahkan ada yang sangat saru banget, sehingga Naung tidak nyaman untuk menuliskannya. Ya, nama kelamin lelaki dan perempuan dalam bahasa yang paling kasar. Jadi, Naung cukupkan enam ini saja ya, hitung-hitung menambah perbendaharaan kuliner kita.

Dan, jangan lupa, kudu berani mencoba lho ya….

***

tags: #organ intim #kuliner legenda #kuliner juara #kuliner semarangan #ketupat

Email: redaksi@kuasakata.com

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI