Buka Tengah Malam, Tumpang Pecing Bu Wardi Membuat Susah Tidur
Ketika satu suapan saya kunyah, asumsi itu benar. Sambal Pecing Bu Wardi ini punya rasa yang lebih tebal dan tajam daripada tumpang Sorsi di tengah pasar itu.
Kamis, 20 April 2023 | 15:46 WIB - Ujirasa
Penulis:
. Editor: Kuaka
DI Sragen, Sambal Tumpang Pecing Bu Wardi adalah legenda. Berkali penulis cerita soal Sambal Tumpang, pasti ditanya, ''Sudah coba tumpang Bu Wardi?'' Bahkan ketika bertanya soal makanan khas yang enak, satpam hotel pun langsung menunjuk Sambal Tumpang Bu Wardi. Itu pun dengan embel-embel, ''Pesan ojol saja, karena ramai sekali pelanggannya.''
Tapi tentu tak nikmat makan kuliner khas lewat jasa ojol. Maka kami pun berenana makan langsung di warung Bu Wardi. Tapi masalahnya, Tumpang Pecing ini punya jadwal buka yang khas, setelah pukul 12 malam. Ya, Tumpang Pecing ini memang khusus buka tengah malam. Sebuah tradisi yang sudah berlangsung puluhan tahun lalu.
BERITA TERKAIT:
Buka Tengah Malam, Tumpang Pecing Bu Wardi Membuat Susah Tidur
Memiliki Banyak Destinasi, Tami Ajak Wisatawan Berkunjung ke Sragen
Berkunjung ke Sragen Tak Lengkap, Bila Belum Menikmati Lezatnya Tumpang Sorsi
Jadi, untuk dapat menikmati Tumpang Pecing ini, kami harus menjadwalkan khusus. Untunglah, kami ke Sragen pas bulan Ramadan. Jadi, sekalian sahur yang awal, dapat kami jadwalkan untuk menikmati Sambal Tumpang Bu Wardi ini.
Ternyata, lokasi warung Bu Wardi ini berada di tengah kampung Pecing. Menuju ke sana agak rumit jika tak menggunakan petunjuk Mbah Google. Jalanan yang kecil, yang membuat jika mobil bersimpangan akan sangat merepotkan, ternyata tak menyurutkan pecinta Sambal Tumpang untuk mampir ke sini.
Saat kami sampai, setelah mencari parkir yang sangat rumit, kami menemukan pemandangan yang cukup mengejutkan. Di tengah malam itu, warung Bu Wardi penuh. Mayoritas anak-anak muda, bermotor. Dan kami tak perlu waktu lama untuk dilayani karena memang tak banyak jenis makanan di sini, hanya Sambal Tumpang.
Berbeda dari Sambal Tumpang Sorsi yang pernah kami coba sebelumnya, warung di sini sangat minimalis. Tak banyak lauk yang ditebar. Hanya telur dadar, tempe dan martabak telur, juga beberapa jenis kerupuk. Jadi, pelanggan tak punya banyak pilihan lauk. Jadi, yang ke warung ini memang khusus mencari Sambal Tumpang, bukan yang lainnya.
Minuman pun tak banyak pilihan. Tapi, untuk makan tengah malam, memang teh panas tawar yang paling menjanjikan kesegaran.
Kami kompak berlauk telur dan gorengan, juga kerupuk karak. Ini kami pilih agar dapat benar merasakan nikmatnya Sambal Tumpang tanpa tercemari hal lainnya. Sekaligus ingin membuktikan legenda itu, bahwa inilah Sambal Tumpang terenak di Sragen, sebagaimana sabda orang-orang.
Harus diakui, sambal di sini lebih kental dan pekat daripada Sambal Tumpang Sorsi. Dan dari aromanya pun tercium kepekatan yang sama. Ketika satu suapan saya kunyah, asumsi itu benar. Sambal Pecing Bu Wardi ini punya rasa yang lebih tebal dan tajam daripada tumpang Sorsi di tengah pasar itu. Di lidah, rasa tempe semangit (tempe yang dibusukkan secara khusus) amat tajam melanda tekak. Ketajaman rasa tempe ini nyaris sama dengan tumpang yang biasa saya coba juga di Salatiga dan sebagian Boyolali.
''Pekat ya? Terlalu tajam rasa tumpangnya,'' kata Gunawan Permadi, sohib yang ikut mencicipi malam itu. Ketua Ekraf Semarang ini memang pecinta kuliner, dan sangat menikmati Sambal Tumpang. Jadi, jika dia menilai, pasti sahih hasilnya.
''Mungkin tempenya terlalu banyak, sehingga ketajamannya dominan. Mungkin juga inilah yang menjadi selera kebanyakan orang Sragen, sehingga jadi arahan ke banyak orang,'' analisanya lagi.
Permadi mungkin benar. Saya pun merasakan lekak di lidah karena Sambal Tumpang yang tajam ini. Jujur saja, saya lebih menikmati tumpang Sorsi yang lebih manis dan tipis rasa tempe sangitnya. Ketipisan rasa itu juga yang membuat ketika disuapkan dengan sayur dan telur, menjadi komposisi yang mengundang lidah untuk merasakan nikmat yang panjang.
Ibatnya, di Tumpang Pecing Bu Wardi kami menemukan tumpang bergaya Mike Tyson. Pukulan yang keras di awal, dan menohok. Di Sorsi adalah gaya Muhammad Ali, ringan, tipis, dan lama bertahan. Keduanya punya gaya masing-masing, juga punya penggemar sendiri-sendiri. Keduanya juga melegenda dengan cara yang berbeda.
Ya, pada akhirnya kuliner memang soal selera. Dan jika saya lebih menyukai Tumpang Sorsi, barangkali karena lidah saya suka yang tidak pekat dan tak menyengat. Semua berpulang pada selera. Tapi, mencoba tumpang Pecing Bu Wardi di tengah malam itu, lidah kami mendapatkan kembali pelajaran yang beda dari masakan berjenis sama. Rasanya akan susah tidur setelah menikmatinya.
***tags: #sambal tumpang #sragen #kuliner #kuliner legenda #uji rasa
Email: redaksi@kuasakata.com
KOMENTAR
BACA JUGA
TERKINI

Kedapatan Bawa Pistol Airsoft Gun, Empat Pemuda di Depok Dibekuk Polisi
30 Mei 2023

Kemenag Ingatkan Katering Makkah agar Tepat Waktu Distribusikan Makanan
30 Mei 2023

Ribuan Warga Antusias Saksikan Karnaval Pembangunan Bangga Sragen
30 Mei 2023

Embarkasi Solo Pulangkan Satu Calon Jemaah Haji, Ini Alasannya
30 Mei 2023

Bupati Khadziq Berharap Anak-anak Miliki Karakter Temanggungan
29 Mei 2023

DVY Suarakan Keseimbangan di EP Perdana “Same As You”
29 Mei 2023

PSS Lakukan TC di Kaliurang
29 Mei 2023

Moro Soetta Jadi Tongkrongan Baru Anak Muda Kebumen
29 Mei 2023

Pemkab Temanggung Lepas Jemaah Haji Kloter 18
29 Mei 2023