Nasi Kandar Tuan Agung dengan lauk kaki domba madu

Nasi Kandar Tuan Agung dengan lauk kaki domba madu

Nasi Kandar Tuan Agung, Berkuah Banjir Sih Iya, tapi Rasa Biasa Saja

Yang viral memang menggoda, meski acap membuat kecewa juga.

Senin, 25 September 2023 | 12:20 WIB - Ujirasa
Penulis: Penaka Kemalatedja . Editor: Kuaka

YANG VIRAL memang memancing rasa penasaran. Terutama soal makanan.  Rasanya pengin langsung menjadi bagian dari kelompok pertama yang mencicipi hebohnya resto atau menu baru itu. Dan itulah yang terjadi untuk kali kesekian, ketika Nasi Kandar Tuan Agung yang baru buka di Semarang berkali-kali nongol di layar ponsel.

Maka, kemonlah.

BERITA TERKAIT:
Nasi Kandar Tuan Agung, Berkuah Banjir Sih Iya, tapi Rasa Biasa Saja
Nasgor Jawa Boleh Mendominasi, Nasi Goreng Ranus Hadir Tawarkan Citarasa Khas Oriental
Nikmatnya Pecel dan Gudangan 25 Bu Warni
Mencicip Es Campur Kacang Ijo Legend di Kota Semarang
Buka Tengah Malam, Tumpang Pecing Bu Wardi Membuat Susah Tidur

Bersama tiga teman, kami pun menuju ke lokasi, di kompleks Perumahan Puri Anjasmoro. Sepanjang jalan kami berempat ternyata mengalami hal yang sama, ‘’terteror’’ dengan hebohnya postingan Nasi Kandar itu.

Jam makan siang, maka terbayanglah ketika sampai. Rame. Antrean panjang. Oalah, ternyata cara makannya memang kudu antre, meskipun di Kamis itu memang resto yang terasa hangat itu memang cukup rame.

Karena ingin mencicipi, saya pesan ke empat teman untuk memilih lauk yang berbeda, dan nanti berbagi cerita. Saya ambil lauk paling menantang, kaki domba madu. Rekan mencoba kaki domba kari, ayam madu yang merah amat warnanya itu, juga sotong.

Soal kuah, kami punya kesamaan, tidak mau yang banjir, dan tak mencoba banyak aneka. Ini karena, secara visual, kok tidak terlalu ‘’menantang’’ ya untuk mencoba. Mungkin karena kuah yang aneka macam itu cuma diwadahi mangkok-mangkok yang kurang estetis secara penampilan, hahaha…

Saya minta bawang goreng yang banyak. Ini juga ternyata diikuti rekan lainnya.

Lalu kami berbaris menuju sisi kasir. Oalah, ternyata habis memilih lauk dan minum, ternyata langsung kudu bayar. Dan Olala, ternyata lumayan juga untuk empat menu itu, saya harus menyerahkan nyaris Rp 500.000. Mahal? Ya tergantung sih. Jika memang enak, nikmat, dan mantap, harga segitu untuk dua kaki domba, ya barangkali agak pantaslah.

Berempat kami memilih meja di tengah, yang agak lengang. Resto ini memang menyediakan juga ruang private, kecil. Barangkali untuk rapat sederhana sekalian makan siang. Kami bersepakat kali lain akan mencoba rapat dan makan siang di sana bersama rekan kantornya.

 

‘’Yang penting enak ini makanannya,’’ tutur Yogyos, rekan kami.

Bersamaan, kami mencoba. Saya langsung menggunakan tangan. Karena Nasi Kandar Tuan Agung ini makanan ala Melayu Malaysia, dengan ‘’tangan kosong’’ tentu akan makin nikmat.

Dan… satu suapan, kok terasa ada yang kurang ya? Belum nendang. Maka saya aduklah kuah nasi yang cukup becek itu, lalu satu suapan lagi. Kok masih kurang nendang juga?

Saya amati wajah rekan-rekan yang juga tengah makan, dan tak ada yang tampak sumringah. Saya menahan diri untuk bertanya. Kalau makan kan nggak boleh terlalu banyak bicara, pamali.

Saya coba menggigit kaki domba. Dagingnya nggak terlalu keras, langsung lepas dari tulangnya. Tapi, domba madu ini kok nggak terasa madunya. Kayak daging biasa. Nggak ada juga rasa gurih, asin, atau apa itu. Cenderung plain, sama seperti aneka kuah yang disiramkan ke nasi tadi. Apa lidah saya yang salah?

Ketika bawang goreng yang cukup banyak itu saya tambahkan, barulah kerasa ada beda di lidah. Lumayan jadinya.

‘’Biasa ini, Pak. Nggak istimewa,’’ nilai Djoko, rekan kami. ‘’Kurang cocok untuk lidah saya, mungkin,’’ tambahnya.

‘’Untuk harga yang dibayar, ini jadi amat mahal.. Nggak cocok,’’ sergap Eri. ‘’Kurang mantul bumbunya. Biasa banget,’’ nilainya lagi.

Yogyos yang mencoba domba kare juga mengangguk, mengiyakan. ‘’Nggak istimewa, Boy. Ini mah B aja,’’ tandasnya.

Saya mengamini penilaian mereka. Terutama bagi saya yang membayar semuanya, memang terasa sajian Nasi Kandar ini tidak istimewa, B saja. Mungkin, kami memang bukan lidah yang cocok untuk jenis masakan yang mereka tawarkan. Mungkin, yang viral dan direview di media sosial itu, mulai harus hati-hati disikapi, karena ini bukan kali pertama kami mencoba yang viral, dan B saja.

Yang viral memang menggoda. Tapi, ekspektasi kudunya membumi saja.

***

tags: #uji rasa #kuliner #nasi kandar tuan agung #kuliner semarangan

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI