salah satu pesanan, nasi timbel

salah satu pesanan, nasi timbel

Makan di Llauk Nusantara, Enak Iya, Uji Sabar Pasti

Iseng melihat review Llauk Nusantara ini, dan ternyata sama persis dengan yang kami alami.

Jumat, 14 Juni 2024 | 08:17 WIB - Ujirasa
Penulis: Penaka Kemalatedja . Editor: Kuaka

DATANGLAH ke Llauk Nusantara di Singosari Raya Semarang di jam makan siang, dan latihlah diri untuk bersabar. Nasihat ini kami dapatkan dari seorang teman, dan kami mengujinya siang Minggu (9/6). Iseng banget ya? :D

Begitu sampai lokasi, uji sabar dimulai. Parkiran penuh. Dan tak ada petugas parkir yang mengarahkan ke mana kami harus meletakkan mobil. Maka, dengan riang kami memarkir saja di bahu jalan, sekitar 25 meter dari lokasi, menghindari tulisan ‘’Dilarang Parkir’’ di depan pintu rumah-rumah sebelah lokasi.

BERITA TERKAIT:
Makan di Llauk Nusantara, Enak Iya, Uji Sabar Pasti
Viral Petugas SPBU Sabar Layani Pelanggan Meski hanya Beli Bensin 500 Perak, Erick Thohir Komentar Begini
Kisah Perjalanan Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS: Perintah Bersabar (2)

Siang itu memang ramai sekali. AC yang dingin tak dapat meredam riuh suara para pengunjung. Kami mendapatkan tempat, meski tanpa reservasi terlebih dahulu. Memang masih tersedia beberapa meja yang kosong. Sigap, kami pun memesan menu, dengan bertanya ini-itu kepada pelayan.

‘’Itu personal Pak, tidak bisa disharing,’’ kata pelayan, ketika kami menanyakan porsi lauk di buku menu. Ternyata, berdasarkan penjelasan pelayan, lauk-lauk di resto ini lebih banyak untuk konsumsi personal, tidak untuk sharing atau berbagi. ‘’Porsinya kecil, Pak. Hanya beberapa yang bisa untuk sharing, jika ukurannya dipesan besar,’’ tambahnya sembari menunjukkan ikan gurame yang dipesan berdasarkan beratnya.

Okelah. Tak masalah. Meskipun ketika kami lihat harganya, untuk lauk porsi seorang, terasa cukup mahal juga. Tapi namanya juga uji rasa, menjajal kepiawaian racikan menu restio ini, kami pun coba beberapa menu. Nyonya rumah sempat mengernyitkan dahi ketika melihat harga yang terpajang. ‘’Untuk ukuran Semarang, ini cukup mahal,’’ bisiknya.  Saya tertawa. ‘’Siapa tahu rasanya juara,’’ bantah dan juga harapan saya.

Pesen beberapa menu dan juga minuman beres. Kami pun menunggu.

Lama ternyata. Jam makan siang, Kami pun sudah menyiapkan mental untuk menunggu. Bersama si kecil yang mulai jenuh, saya ajak dia ke pojok game yang disediakan. Sayang, semua alat permainan rusah, hahaha… Jadi tak ada yang bisa dimanfaatkan untuk mengisi waktu menunggu. Meja karambol pun tidak ada gacoannya. Ya sudahlah, kembali saja ke meja menunggu pesanan datang.

Minuman datang pertama. Lalu menunggu lagi. Bermain game di ponsel, bercanda-canda, sembari melihat pelayan bergerak ke sana kemari membawa makanan, tak ada satu pun yang mendarat di meja kami. Dilewati terus. Wahh, nggak bahaya ta?

Uji sabar Dimulai…
Minuman mulai susut setengah. Makanan belum ada yang datang.

 

Minuman mulai susut sepertiga, artinya nyaris satu jam, baru menu datang. Dan itu satu menu. Kami tunggu lagi, ya cuma satu itu yang datang.

Si kecil mulai gelisah. Kami minta dia untuk makan duluan, dan dia menolak. ‘’Makan bersama itu ya bersama, Papiku. Bukan sendiri-sendiri,’’ protesnya. Ohh baiklah. Kami menunggu lagi. Tapi tak ada kepastian. Saya pun menggapai pelayan, bertanya. 

Tak lama, datang lagi satu porsi menu. Dan satu itu juga. Satu jam lebih. Uji kesabaran ini tampaknya gagal. Hahaha… lama sih memang tak mengapa, tapi jika datangnya satu-satu begini, ya bisa runyam acara makan bersama keluarga. Konsepnya nggak begini juga kalee… Saya pun mulai protes, tentu dengan kalimat yang lembut dan sopan, menjelaskan kepada pelayan bahwa tidak bener jika makanan datang satu persatu dengan jeda waktu yang demikian lama. 

Mereka paham, dan berjanji segera memenuhi pesanan.

Tapiiii ya begitulah, menunggu memang hal yang melelahkan. Kami pun menyerah. Si kecil makan duluan, si sulung juga. Karena pesanan mereka yang sudah datang. Meski baru dua porsi, kami tetap berbagi. Si kecil yang pesan nasi goreng cumi hitam dan nasi goreng kambing, protes karena nasinya yang lengket dan basah. ‘’Nggak enak, lengket,’’ katanya. Saya senyumin saja. ‘’Kan kita mencoba, jadi kudu menerima…’’

Tapi memang benar. Nasi goengnya lengket dan basah. Sepertinya dari nasi yang baru matang dan langsung digoreng. Nasi goreng kambingnya dengan aroma yang tajam menguar. Tahu kan bau daging kambing? Hahaha… Rasanya? Ya B ajalah, dan bisa turun jika melihat harganya, hahaha….

Bagaimana menu lainnya? Datangnya ya lama. Asem-asem daging seperti terburu-buru dibuat, jadi jangan bandingkan dengan Asem-asem Koh Liem, kejauhaaann.. Sayur asemnya pun sama.

Wislah, pokoknya ini makan siang yang seru. Kami banyak protes tapi dengan senyum dan riang saja karena memang ingin menguji dan mengalami jam makan siang yang rame. Beberapa menu lain cukup enak sih, layak untuk direkomendasikan juga.

Sembari menunggu dan menemani anak-anak makan sebelum pesanan kami datang, iseng melihat review Llauk Nusantara ini. Dan ternyata sama persis dengan yang kami alami. Termasuk para pelayan yang memagn terlihat belum profesional, dan lebih banyak memasang wajah panik jika digapai.

oh ya, untuk masa tunggu yang kelewat lama dan penyajian pesanan yang satu persatu itu, kami mendapatkan satu porsi bubur kacang ijo sebagai komplimen. Nah, bubur kacang ijo ini yang memang enak, mungkin dibuat untuk ‘’pahala’’ uji sabar itu ya, hahaha…

Apakah kami akan kembali? Pasti. Mungkin di jam yang tak riuh, di sore hari. Untuk menguji apakah Llauk Nusantara akanmenyajikan cara berbeda jika pelanggan tak sebanyak di jam makan siang.

***

tags: #sabar #restoran #ujirasa #kuliner #kuliner semarangan

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI