Ilustrasi. Foto: Istimewa.

Ilustrasi. Foto: Istimewa.

Ini Lima Alasan Umat Muslim Disunnahkan Merayakan Maulid Nabi

Abu Lahab bergembira dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Senin, 18 Oktober 2021 | 13:59 WIB - Ragam
Penulis: Fauzi . Editor: Ririn

Umat Muslim di Indonesia sudah menjadikan perayaan hari lahir Nabi Muhammad SAW atau biasa disebut Maulid Nabi sebagai tradisi. Biasanya Umat Muslim merayakan Maulid Nabi dengan berbagai cara. Ada yang hanya membaca Kitab Al Barjanji di mushala atau masjid selama 12 hari pada awal bulan Rabiul Awwal. Ada juga yang merayakan dengan cara meriah seperti Gerebeg Maulid yang dilakukan di sejumlah daerah di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Terkait hal itu, sudah sewajarnya seorang Muslim memperingati Maulid Nabi.

Dilansir dari NU Online, Senin (18/10/2021). Sayyid Muhammad al-Maliki dalam kitab Syarh Maulid ad-Diba’i menjelaskan bahwa terdapat lima alasan yang dapat kita jadikan pegangan untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW.

BERITA TERKAIT:
Kisah Wafatnya Sayyidina Abu Bakar Ash Shidiq, Tangis Pecah di Seluruh Madinah, Wasiatnya Bikin Haru
Fatimah Az Zahra Putri Kesayangan Rasulullah, Kelahirannya Didampingi Malaikat dan Para Bidadari Surga
Viral Komika Aulia Rakhman Diduga Lecehkan Nabi Muhammad, Para Kiai Dibuat Geram 
Maulid Nabi di SMPN 2 Leksono : Diawali Sholat Dhuha Diakhiri Nobar Film Sejarah
Mengintip Kemeriahan Grebeg Maulud di Keraton Surakarta

Pertama, perayaan Maulid Nabi biasanya diiringi dengan ceramah agama dan nasihat yang bermanfaat serta suguhan makanan yang diberikan kepada para hadirin. Selain itu, tradisi ini juga telah dicontohkan oleh ulama-ulama terdahulu. Oleh karena itu, peryaan mualid nabi, menurut kebanyakan para ulama disebut sebagai bid’ah hasanah (baik).

Para ulama fiqih menetapkan kaedah ‘al wasailu tu’thii ahkamul maqosid’. Artinya: “Setiap wasilah perbuatan dihukumi sesuai dengan tujuannya.”

Perayaan Maulid Nabi dihukumi sunnah lantaran tujuannya adalah meneladani Nabi Muhammad SAW serta bershalawat kepada beliau.

Selain itu, para ulama mengambil juga mengambil dalil bid’ah hasanah dari nasihat Sahabat Abdullah bin Mas’ud yang artinya:

“Abdullah bin Mas’ud mengatakan: Perkara yang dilihat umat Islam sebagai perkara yang baik maka perkara tersebut baik di sisi Allah, dan perkara yang dilihat umat Islam sebagai perkara yang buruk maka perkara tersebut buruk disisi Allah.” (HR Ahmad). Sehingga tidak semua yang tidak dilakukan oleh Nabi adalah tercela.

Perayaan Maulid Nabi bisa diqiyaskan (dianalogikan) dengan pembukuan Al-Qur’an yang dilaksanakan di zaman khalifah Utsman bin Affan. Kita tahu bahwa jerih payah pembukuan Al-Qur’an tidak diperintahkan langsung oleh Rasulullah SAW. Akan tetapi manfaatnya bisa kita rasakan hingga hari ini.

Kedua, perayaan Maulid Nabi diwarnai dengan pembacaan sejarah kehidupan nabi. Mulai dari kelahiran, budi pekerti, ciri-ciri fisik, kemuliaan serta mukjizat yang diberikan Allah Ta’ala kepada Nabi. Hal tersebut tentu akan menambah rasa kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW serta memantapkan keimanan kita.

Selain itu, perayaan Maulid Nabi juga sebagai wadah untuk mengajak umat Islam membaca shalawat kepada Nabi. Allah telah memerintahkan hamba-Nya untul memperbanyak membaca shalawat. Hal tersebut termaktub dalam QS Al-Ahzab ayat 56 yang artinya:

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”

Ketiga, Allah memerintahkan kita untuk berbahagia atas rahmat dan pertolongan yang Allah Ta’ala berikan. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman dalam QS Yunus: 58 yang artinya:

“Katakanlah (Muhammad), Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.”

Selain itu, Allah Ta’ala berfirman dalam QS Al-Anbiya’ayat 107 yang artinya:

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam semesta.”

Keempat, Sebagai ungkapan rasa syukur atas kelahirannya, Nabi Muhammad banyak bepuasa di hari Senin. Sehingga, sebagai umat Nabi Muhammad SAW, kita sudah seharusnya merasa sangat bersyukur dengan kelahiran Rasulullah Muhammad SAW.

“Diriwayatkan dari Abu Qatadah al-Anshari bahwa suatu ketika Rasulullah ditanyai mengenai kebiasaannya berpuasa di hari Senin. Rasulullah pun bersabda ‘Di hari Senin-lah aku dilahirkan dan di hari Senin-lah diturunkan (Al-Qur’an) kepadaku” (HR Muslim).

Kelima, merayakan Maulid Nabi sebagai wujud rasa bahagia dan gembira atas kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW pasti bermanfaat di dunia dan akhirat. Bagaimana tidak? Abu Lahab, seorang yang membenci dakwah Nabi, saja diringankan siksanya di neraka setiap hari Senin.

Hal ini dikarenakan Abu Lahab bergembira dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Bahkan, Abu Lahab memerdekakan budaknya yang bernama Tsuwaibah sebagai wujud rasa bahagianya. Hal tersebut berdasarkan pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh HR Bukhari yang artinya:

Artinya, “Urwah mengatakan, ‘Tsuwaibah adalah budak perempuan milik Abu Lahab. (Ketika Nabi Muhammad lahir) Abu Lahab memerdekakan Tsuwaibah kemudian Tsuwaibah menyusui Nabi Muhammad (yang baru lahir). Maka, ketika Abu Lahab wafat, sebagian keluarganya bermimpi bertemu Abu Lahab. Sayangnya, Abu Lahab terlihat sangat memprihatinkan keadaanya. Keluarganya bertanya, ‘Apa yang telah terjadi denganmu?’ Abu Lahab menjawab ‘Tidak ada kenikmatan bagiku setelah berpisah dengan kalian kecuali aku diberikan minum di tempat ini (alam akhirat) karena aku telah memerdekakan Tsuwaibah” (HR al-Bukhari).

Demikian tadi ulasan terkait lima alasan kenapa kita disunnahkan untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Semoga kita kelak mendapat syaat beliau di yau,ul qiyamah. Aamiin.

***

tags: #nabi muhammad saw #hari lahir #maulid nabi #lima alasan #merayakan

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI