Minyak Dunia Turun, Produksi Gas Bumi akan Berkurang

Akibatnya, sekitar 14 miliar kaki kubik (billion cubic feet/bcf) gas bumi per hari di AS akan menghilang dari pasar. AS sendiri mengekspor sekitar 8 bcf per hari dalam bentuk Liquid Natural Gas (LNG) ke pasar global,"

Sabtu, 25 April 2020 | 12:55 WIB - Ekonomi
Penulis: Wisanggeni . Editor: Wis

KUASAKATACOM, Jakarta - Harga Minyak Mentah dunia terus mengalami penurunan, sejak virus corona menyebar ke berbagai negara. Hal itu disebabkan karena permintaan dari negara-negara pengimpor rendah dan Minyak Mentah yang sudah siap jual di negara produsen menumpuk tak bertuan. 

Selain itu merosotnya permintaan minyak dunia juga bakal berpengaruh pada Gas Bumi. Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan, produksi Gas Bumi dunia akan berkurang. 

BERITA TERKAIT:
Minyak Dunia Turun, Produksi Gas Bumi akan Berkurang
Harga Minyak Light Sweet Anjlok 101,33%
Arab Saudi "Banting Harga" Minyak Mentah

Konsumen Gas Bumi terbesar di dunia salah satunya adalah Amerika Serikat. Saat ini konsumsi Gas Bumi di AS sekitar 30 triliun kaki kubik (trillion cubic feet/tcf) setahun. 

Sebagai perbandingan, produksi Gas Bumi Indonesia sekitar 2,9 tcf setahun dan sekitar 60 persen yang dikonsumsi untuk kebutuhan dalam negeri. 

Dengan situasi harga minyak saat ini, pada minggu ketiga Mei 2020 diperkirakan fasilitas penampungan minyak terbesar di AS, yaitu Cushing di Oklahoma akan penuh.
Untuk mengantisipasi penuhnya storage ini sejak minggu pertama Mei, sebagian sumur minyak di AS akan ditutup (well shut in). Sebagai gambaran, fasilitas minyak di Cushing bisa menampung 76 juta barel crude.

Lalu bagaimana dampaknya terhadap Gas Bumi? Menurut Arcandra, jika produksi minyak berhenti, maka gas yang diproduksi sebagai fluida ikutan dari minyak tersebut juga akan berhenti. 

"Akibatnya, sekitar 14 miliar kaki kubik (billion cubic feet/bcf) Gas Bumi per hari di AS akan menghilang dari pasar. AS sendiri mengekspor sekitar 8 bcf per hari dalam bentuk Liquid Natural Gas (LNG) ke pasar global," kata dia dalam unggahannya di Facebook, Sabtu (25/4). 

Jika pengurangan produksi gas sebanyak 14 bcf per hari di AS ini bertahan selama 2 bulan, maka akan terjadi pengurangan pasokan Gas Bumi sebanyak 840 bcf.

Apabila situasi pasar kembali normal dalam 2 bulan, untuk menaikkan kembali pasokan gas ke posisi awal butuh waktu sekitar 1 bulan.

"Sehingga produksi gas di AS akan berkurang sebanyak 14 bcf dikalikan 90 hari yaitu sekitar 1,26 tcf," terangnya.  

Akibat pasokan gas yang berkurang tersebut, harga Gas Bumi di AS pada musim panas nanti diperkirakan akan naik cukup tajam, bisa sekitar 1,5 kali dari harga sekarang. Ini dengan asumsi wabah COVID-19 ini sudah bisa terkendali pada musim panas tahun ini. 

Apakah situasi yang terjadi di AS tersebut bisa terjadi di negara produsen gas yang lain? Menurut Arcandra, jawabannya bukan sekadar bisa, tetapi kapan hal itu akan terjadi karena gas sebagai fluida ikutan dari produksi minyak bumi juga banyak di dunia ini. 

"Untuk itu kita mesti belajar dan menyiapkan strategi terbaik untuk mengantisipasi skenario ini," tulis Arcandra.

***

tags: #minyak mentah #gas bumi

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI