Moderator acara ini adalah Sekretaris IJTI Jateng Ajipasa Lukadinasa, SKom (paling kiri), Ketua IJTI Jawa Tengah Dr Teguh Hadi Prayitno, MM MHum MH, Dekan FEB Universitas Diponegoro Prof Dr Suharnomo, SE MSi, dan pelaku UMKM Semarang Yanti M Sakoer, Foto: KUASAKATACOM

Moderator acara ini adalah Sekretaris IJTI Jateng Ajipasa Lukadinasa, SKom (paling kiri), Ketua IJTI Jawa Tengah Dr Teguh Hadi Prayitno, MM MHum MH, Dekan FEB Universitas Diponegoro Prof Dr Suharnomo, SE MSi, dan pelaku UMKM Semarang Yanti M Sakoer, Foto: KUASAKATACOM


Diskusi IJTI dan Kesbangpol Jawa Tengah

Meningkatkan Ketahanan Ekonomi UMKM dengan Kearifan Lokal

Pendekatan digital akan berdampak besar pada perekonomian.

Selasa, 11 Mei 2021 | 16:48 WIB - Ekonomi
Penulis: Ririn . Editor: Fauzi

KUASAKATACOM, Semarang – Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Jawa Tengah bersama Bersama Kesbangpol Provinsi Jawa Tengah mengadakan diskusi dengan tema Peningkatan Ketahanan ekonomi Berbasis Kearifan Lokal, Selasa (11/5).

Diskusi yang digelar di Kantor Badan Kesbangpol Provinsi Jawa Tengah ini diisi oleh tiga pembicara. Mereka adalah Ketua IJTI Jawa Tengah Dr Teguh Hadi Prayitno, MM MHum MH, Dekan FEB Universitas Diponegoro Prof Dr Suharnomo, SE MSi, dan pelaku UMKM Semarang Yanti M Sakoer. Sementara moderator acara ini adalah Sekretaris IJTI Jateng Ajipasa Lukadinasa, SKom.

BERITA TERKAIT:
Jelang Pemilu 2024, IJTI Jateng Kampanyekan Jurnalisme Positif untuk Perangi Hoaks di Media Sosial
Wujudkan Pemilu yang Demokratis, Bawaslu Jateng Lakukan MOU Dengan IJTI Jateng dan LPP RRI Semarang
Media Massa Diharapkan Kawal Jateng di Tahun Politik
Meningkatkan Ketahanan Ekonomi UMKM dengan Kearifan Lokal

Acara dibuka oleh Kepala Kasbangpol Jateng Haerudin, SH MH. Haerudin mengatakan tidak semua sektor di Jateng terpengaruh pandemi, contoh pertanian. Namun yang paling terdampak adalah sektor jasa. Kesbangpol mengawal Ipolesosbud (ideologi, politik, sosial, dan budaya) dan Hakam (pertahanan dan keamanan). 

"Di tengah gelombang ekonomi kapitalis dan sosialis kita memilih ekonomi Pancasila yang berbasis ekonomi kerakyatan," ungkapnya.

Dari dulu, kata dia, yang kuat adalah UMKM atau ekonomi kerakyatan. ekonomi yang digerakkan oleh usaha-usaha kecil. "Banyak UMKM yang menembus ekspor. Yang menarik, UMKM yang tumbuh adalah yang bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang ada. Yang bisa berjualan secara online," bebernya.

Namun, katanya lagi, pelaku UMKM harus berkelompok. Namun rupanya hal ini tidaklah mudah. Akan tetapi tetap harus disikapi secara positif.

Ketua IJTI Jawa Tengah Dr Teguh Hadi Prayitno, MM MHum MH membahas mengenai media sebagai sarana promosi UMKM. Menurut Dr Teguh, media tak hanya massa, tapi juga sosial. Keduanya sangatlah penting.

"Media massa menjadi satu barometer. Di emdia massa masih ada integritas. Lebih baik lagi jika media sosial dan massa bersinergi," jelasnya.

Sinergi ini, kata dia, adalah jejaring. UMKM tidaklah bisa berdiri sendiri. Penyakit pelaku ekonomi adalah pelit. Misal, pelit subscribe dan follow aku media sosial.

"Kata kuncinya adalah networking, sinergi, jejaring," tukasnya.

Sementara itu, Dekan FEB Universitas Diponegoro Prof Dr Suharnomo, SE MSi menambahkan, optimisme sangat penting untuk mendongkrak ekonomi. Meski kesulitan banyak dialami karena pembatasan akibat pandemi Corona.

"Gimana caranya UMKM bisa jalan dan berkontribusi banyak bagi pemerintahan kita? Inti ketika kita hidup di era seperti ini yang bisa jalan adalah basis kreativitas dan inovasi," jelasnya.

Orang Indonesia, lanjut dia, kalau diterpa keadaan memaksa, kreativitas muncul. Inilah yang dibutuhkan masyarakat Indonesia. 

"Masalahnya adalah mendekatkan sekian banyak hal menjadi kreatif," tukasnya.

Pendekatan digital, menurutnya jika dipakai, dampaknya akan besar. Hal ini berlaku untuk semua sektor. 

Lebih lanjut, pelaku UMKM Semarang Yanti M Sakoer menyebut untuk menjadi pengusaha, permasalahan yang dihadapi adalah pengelolaan sumberdaya manusia (SDM). Inilah yang dimaksud kearifan lokal.

"Permasalahan kedua, adalah mendapatkan bahan baku yang berkualitas dan kuantitas cukup. Selanjutnya adalah pemasaran dan promosi," katanya.

Tak hanya itu, modal usaha juga menjadi momok para pelaku UMKM.  Lalu apa solusinya? Ada dua yang bisa dilakukan.

Pertama, jual sebagian aset. Meski seperti tutup lubang gali lubang. Bersinergi dengan para pelaku UMKM. Harus tetap jeli dan kreatif menangkap kesempatan yang ada. Termasuk branding di emdia sosial.

"Kedua adalah tetap optimis. Kami yakin, setelah badai akan ada matahari yang indah," pungkasnya.

***

tags: # ijti jawa tengah #kesbangpol #umkm #ekonomi

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI