Mahasiswa UNY Meninggal Dunia karena Beratnya UKT: Hipertensi hingga Pembuluh Darah Pecah 

Dalam cuitan itu diketahui bahwa R merasa terlalu berat dengan beban UKT hingga membuatnya mengidap hipertensi sampai pembuluh darah di otaknya pecah. 

Jumat, 13 Januari 2023 | 15:18 WIB - Ragam
Penulis: Issatul Haniah . Editor: Fauzi

KUASAKATACOM, Yogyakarta - Kisah mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang terdesak Uang Kuliah Tunggal (UKT) hingga membuat sakit dan meninggal dunia menarik perhatian. Pertama kali kisah ini diposting oleh @rgantas Rabu lalu (11/1). 

Ketika ditelusuri postingan tersebut ditulis oleh Rachmad Ganta Semendawai (24) warga Palembang, Sumatera Selatan, selaku pemilik akun @rgantas sekaligus rekan sang mahasiswi berinisial NRFA alias R untuk mengutip cuitan dari utasnya.

BERITA TERKAIT:
Potret Kehidupan “Ayam Kampus”, Hiraeth Management Adakan Pertunjukkan Kain dalam Lipatan
Hadirkan Dosen dari Taiwan, DKV Unika Persiapkan Mahasiswa Hadapi Tantangan Industri Kreatif Internasional
Mahasiswa Unnes Sumbangkan Emas di Asean University Games 2024
Lewat Kuliah Umum, KPK Bekali 200 Mahasiswa Brebes dengan Ilmu Antikorupsi
Cerita Marlon Mahasiswa Termuda UNAIR yang Lolos Lewat Jalur SNBT 2024

Dalam cuitan itu diketahui bahwa R merasa terlalu berat dengan beban UKT hingga membuatnya mengidap hipertensi sampai pembuluh darah di otaknya pecah. 

"Selama ini dia mengidap hipertensi yang amat buruk. Ancaman putus kuliah kian memperburuk keadaannya. Setelah beberapa waktu tidak kuliah, tiba-tiba muncul kabar ia sedang kritis di RS. Pembuluh darah di otaknya pecah," cuit Ganta.

R pun akhirnya meninggal pada 9 Maret 2022. Di hari pemakaman R, ibunda almarhumah bercerita ke Ganta bahwa putrinya itu adalah pribadi tangguh yang terbiasa membantu orang tua mencari penghasilan ke sana kemari sedari kecil.

Baginya, R adalah korban dari kejamnya institusi dan sistem pendidikan di negeri ini lewat komersialisasi pendidikan. Dia melihat perjuangan dan kepergian R jadi alasan semua pihak untuk terus mengawasi tata kelola institusi besar seperti UNY.

"Karna UNY nampaknya tidak pernah belajar. Terbaru, mekanisme penurunan UKT, hanya diberikan pada mahasiswa yang orang tuanya meninggal. Apakah ini tidak terlampau kejam? Apakah harus ada yang meninggal untuk mendapatkan keringanan besar? Logika ini sudah tidak waras," tulisnya.

Ganta menuliskan, rekannya itu berasal dari sebuah desa di Purbalingga, Jawa Tengah dan bukan dari kalangan berada. Orangtua R hanyalah penjual sayur gerobak di pinggir jalan yang juga harus menghidupi empat anak lainnya yang masih bersekolah.

Kasus R, menurut Ganta, adalah di mana nominal UKT mahasiswa UNY melampaui kapasitas keuangan pembayarnya. Menurut dia, ini bukan barang baru tapi kasus rekannya sedikit berbeda.

"Ia sudah mengisi nominal pendapatan yang sesuai dengan kondisi ekonominya. Tetapi, saat diminta mengupload beberapa berkas, ia tidak punya laptop. Sehingga ia meminjam hp tetangganya di desa," tulis Ganta di akun @rgantas miliknya.

Dikarenakan ponsel milik tetangganya yang kurang canggih, R gagal mengunggah berkas-berkas yang diminta. R pun mensinyalir inilah alasan mengapa nominal UKT-nya melonjak hingga Rp3,14 juta.

"(UKT di UNY) itu ada tingkatan level (golongan), Rp3,14 juta itu salah satu tingkatan level. Tapi itu bukan terendah, level terendah kalau nggak salah Rp500 ribuan," kata Ganta menambahkan saat dihubungi, Kamis (12/1).

Berkat bantuan guru-gurunya di sekolah dulu maka UKT semester pertama terbayarkan dan R bisa menjadi mahasiswa UNY.

"Selama menjadi mahasiswa, ia dikenal sebagai orang yang ceria. Sangat ceria malah menurutku. Sayang keceriannya mulai luntur tiap mendekati pembayaran UKT, seperti sekarang ini. Ancaman putus kuliah, seolah meremas-remas hatinya. Menyergap semua mimpi indah yang ia bangun," tulis Ganta.

***

tags: #mahasiswa #uny #ukt #meninggal dunia #hipertensi

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI