Sawah Menyempit, Produksi Padi Turun dan Harga Beras yang Kian Melambung 

"Peralihan lahan pertanian ke non pertanian akan semakin pesat. Hingga mencapai kritis, peningkatan produksi nggak lagi dimungkinkan.

Selasa, 31 Oktober 2023 | 10:17 WIB - Ekonomi
Penulis: Issatul Haniah . Editor: Fauzi

KUASAKATACOM, Jakarta - harga beras di sejumlah daerah terpantau masih tinggi. Di Jakarta harga beras paling murah level medium adalah Rp12.000/kg, sementara paling mahal adalah Rp15.000/kg. Fenomena ini disinyalir akibat musim kemarau panjang yang tak kunjung usai. 

Seorang pedagang beras di salah satu pasar Jakarta, Harmi (54), menjelaskan menjual beras paling murah di angka Rp 13.000/kg. Di tingkat pengecer, Harmi mengatakan membeli beras jenis IR 64 (medium IR III) dengan harga Rp 12.400/kg.

BERITA TERKAIT:
Mahasiswa Kepung DPRD Sukabumi, Tuntut Harga Beras Turun
Alasan Harga Beras Lebih Mahal di Indonesia daripada Singapura: Biar Petani juga Tersenyum
Usut Penyebab Kenaikan Harga Beras, KPPU Dalami Dugaan Persaingan Usaha
Jelang Ramadan, Harga Beras di Cilacap Berangsur Turun
Pemprov Jateng akan Kembali Gelar GPM.

"Ini yang paling murah. Yang paling mahal Rp 15.000 itu merk Idola. Tapi kalau boleh jujur mas, beras premium lebih banyak diminati masyarakat daripada yang subsidi itu. Katanya lebih enak dimakan," ucap Harmi.  

Hal yang turut menjadi penyebab salah satunya adalah tren penurunan luas areal padi'>tanam padi Indonesia. Ke depan tren ini dimungkinkan meningkat. 

Kepala Biotech Center IPB University Dwi Andreas Santosa menyebut hal ini dimungkinkan karena biaya produksi yang melambung dan ancaman harga gabah yang terkadang turun jatuh. 

Hal ini menjadikan bertani padi tak lagi menjadi hal yang menguntungkan. 

"Peralihan lahan pertanian ke non pertanian akan semakin pesat. Hingga mencapai kritis, peningkatan produksi nggak lagi dimungkinkan. Sementara, kalau mau bangun food estate, selama seperempat abad ini selalu gagal," kata Dwi Andreas.

Konversi lahan tersebut, lanjut dia sebenarnya sudah terjadi. Terbukti, imbuh dia, produksi beras di Indonesia terus turun.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, luas panen padi tahun 2021 turun 2,3% atau 245,47 ha menjadi sekitar 10,41 juta ha dibandingkan tahun 2020 yang mencapai 10,66 juta ha.

Akibatnya, produksi padi tahun 2021 turun 0,43% atau 233,91 ribu ton menjadi 54,42 juta ton gabah kering giling (GKG) dibandingkan tahun 2020 yang sebanyak 54,65 juta ton GKG.

Sehingga, produksi beras pada 2021 untuk konsumsi pangan penduduk mencapai 31,36 juta ton. Susut sebanyak 140,73 ribu ton atau 0,45% dibandingkan produksi beras di 2020 yang sebanyak 31,50 juta ton.

"Sejak tahun 2015 sampai 2021, produksi padi terus turun, mencapai 0,35% per tahun. Tahun 2017, produksi turun tajam sampai 7,7% di tahun 2019. Bahkan saat La Nina, produksi tahun 2020 hanya naik 0,09% dan turun 0,42% di tahun 2021," kata Dwi Andreas.

Hal itu, lanjut dia, dipicu 2 hal. Pertama, rumah tangga beralih ke sumber pendapatan lain karena bertani tak lagi menguntungkan.

"Lahannya dijual, lalu terjadi konversi jadi lahan nonpertanian. Kedua, petani ya sudah menyerah, pasrah hidup sekadarnya saja mereka itu. Menanam padi cuma buat mengamankan stok konsumsi mereka saja," kata Dwi Andreas.

"Stok beras ke depan akan mengkhawatirkan, apalagi sekarang ada wacana aneh-aneh. Mau eksporlah. Sementara, stok pemerintah itu di tahun 2022 ini sangat rendah. Terendah, hanya 1 juta. Di sisi lain, petani sudah semakin malas menanam padi," katanya.

Pasalnya, lanjut Dwi Andreas, petani harus menanggung biaya besar dan semakin mahal untuk berpadi'>tanam padi. Salah satunya, untuk biaya pupuk.

Memang, imbuh dia, pemerintah memberikan pupuk bersubsidi, tapi hanya bisa memenuhi kebutuhan sekitar 50% dari total konsumsi pupuk petani. Sehingga, petani pun harus membeli lagi pupuk nonsubsidi.

"Harga pupuk subsidi memang nggak naik, tapi nonsubsidi naik sangat tinggi. Nggak kuat juga beli, dan ini merembet ke produksi jadinya. Tahun 2019, jaringan tani Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) melakukan survei, bahwa untuk memproduksi 1 kg gabah kering panen (GKP) dibutuhkan biaya Rp4.523. Sementara, saat ini, petani itu selalu merugi Rp250 ribuan setiap musim tanam," papar Dwi Andreas.

***

tags: #harga beras #tanam padi #produksi #padi

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI