BPS Catat Potensi Sampah Popok Bayi Capai 3.000 Ton per Hari

“Risiko pencemaran lingkungan muncul dari bahan-bahan baku penyusunnya, jumlah atau volume produk yang digunakan, serta perilaku pengguna dan pengelola,"

Minggu, 26 Mei 2024 | 21:22 WIB - Ragam
Penulis: Issatul Haniah . Editor: Fauzi

KUASAKATACOM, Jakarta – Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 menunjukkan angka kelahiran di Indonesia mencapai 4,6 juta. Dengan demikian, terdapat potensi penggunaan popok hingga 17,44 juta per hari, menghasilkan limbah popok sebanyak 3.488 ton per hari.

Periset Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih (PRLTB), Lies Indriati, menyebut produk sekali pakai seperti popok dan pembalut memberikan kenyamanan karena dapat langsung dibuang setelah digunakan, namun menimbulkan masalah lingkungan yang signifikan.

BERITA TERKAIT:
BPS Sebut Kota Semarang Alami Deflasi Dua Bulan Berturut-turut
Rata-rata Pakaian Impor Masuk Indonesia Capai 2,23 Ribu Ton per Bulan 
BPS Catat Potensi Sampah Popok Bayi Capai 3.000 Ton per Hari
10 Lapangan Kerja dengan Gaji Tertinggi Nasional
Jumlah Pekerja di Indonesia Masih Didominasi Lulusan SD ke Bawah 

“Risiko pencemaran lingkungan muncul dari bahan-bahan baku penyusunnya, jumlah atau volume produk yang digunakan, serta perilaku pengguna dan pengelola," ujarnya dikutip dari laman BRIN, Minggu (26/5).

Menurutnya, limbah dari popok sekali pakai yang mengandung kotoran cair atau padat dapat memicu gangguan kesehatan pada makhluk hidup, seperti iritasi paru-paru, penyakit kulit, bahkan sesak napas. Tidak hanya manusia, tumbuhan air dan ikan juga bisa mengalami gangguan akibat limbah tersebut.

Lies menjelaskan bahwa sampah dari popok dan pembalut sekali pakai ini menimbulkan beban lingkungan besar karena komponen materialnya terdiri dari berbagai lapisan. Secara umum, limbah popok dan pembalut memiliki lima komponen penyusun yang sama.

Lapisan atas terdiri dari poliester, polietilen (PE), polipropilen (PP), campuran PE/PP, viskosa/rayon, dan kapas. Lapisan aquisition distribution layer (ADL) terdiri dari poliester, PE, PP, viskosa/rayon, kapas, serat selulosa/pulp. Bagian inti penyerap (core) terdiri dari serat selulosa/pulp, kapas, polimer penyerap super (SAP), poliester. Lapisan bawah (bottom) terdiri dari PE, PP, dan asam polilaktik. Perekat terbuat dari resin sintetis dan polimer termoplastis, serta pelepas yang terdiri dari kertas berlapis silikon.

“Namun, kebijakan pengelolaan sampah belum memiliki klasifikasi untuk produk penyerap higienis ini dan belum ada sistem pengelolaan yang serius di Indonesia. Karena itu, dibutuhkan pengelolaan yang komprehensif terkait hal ini,” jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, Chief Executive Officer Bank Sampah Bersinar, Febrianti SR, menyampaikan tantangan dalam pengelolaan sampah popok dan pembalut bekas sekali pakai.

"Kami mengajarkan masyarakat untuk memilah sampah organik dan non-organik. Sampah organik bisa diolah menjadi kompos, sementara sampah anorganik bisa disalurkan ke bank sampah," jelasnya.

Ia menambahkan bahwa masih banyak sampah residu, seperti popok bayi, yang belum terkelola dengan baik. Meskipun penggunaan popok sekali pakai lebih praktis, ia mendorong penggunaan produk yang dapat digunakan kembali, seperti clodi (cloth diaper).

"Namun, kami juga memahami bahwa tidak semua ibu memiliki waktu dan tenaga untuk menggunakan popok kain, sehingga kami menyediakan solusi pengolahan sampah popok sekali pakai," ujarnya.

Bank Sampah Bersinar pun memberikan edukasi kepada masyarakat untuk membersihkan popok bekas sebelum disetorkan.

"Sampah popok yang disetorkan harus bersih dari kotoran padat, namun urine tidak masalah karena mengandung urea yang dapat digunakan untuk pupuk cair organik," kata Febrianti.

popok yang sudah dibersihkan kemudian diproses untuk memisahkan fiber, plastik, dan cairan organiknya.

Fiber hasil pengolahan sampah popok disuplai ke PT Konut Indonesia sebagai material alternatif. Plastik yang dihasilkan digunakan untuk membuat produk daur ulang, sementara cairan organik digunakan sebagai pupuk cair.

"Proses pengolahan ini menggunakan mesin yang dirancang untuk memisahkan komponen-komponen tersebut, lalu mengeringkannya dengan sinar matahari untuk menghemat energi," urainya.

***

tags: #bps #bayi #popok

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI