Universitas Paramadina Adakan Seminar Strategi Komunikasi Politik Jelang Pemilu 2024

Rektor Universitas Paramadina Prof. Didik J. Rachbini, MSc, PhD menyatakan bahwa partai politik era sekarang harus berkolaborasi untuk menciptakan suatu titik temu yang bermanfaat.

Kamis, 22 Juni 2023 | 07:09 WIB - Didaktika
Penulis: Wisanggeni . Editor: Wis

KUASAKATACOM, Jakarta- Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina melalui Paramadina Communication Institute (PCI) membuat forum seminar dan peluncuran buku dengan tema "Strategi Komunikasi Politik Jelang Pemilu 2024". Forum tersebut diadakan di Aula Nurcholish Madjid, Universitas Paramadina yang dihadiri oleh mahasiswa, praktisi, dan akademisi Ilmu Komunikasi

Forum itu sekaligus membahas isi buku "Komunikasi Politik, Aktivisme, dan Sosialisme" yang ditulis oleh Erik Ardiyanto M.Ikom selaku Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina.

BERITA TERKAIT:
Berbekal Kitab dan Hikmah Generasi Muda Hadapi Tantangan Masa Depan
Strategi Komunikasi Politik dalam Menghadapi Kampanye Pilkada 2024
PGSC Gelar Diskusi Becoming An Impactful and Influential Leader in Digital Era
Revisi UU MK, Undang Perhatian Para Akademisi, Praktisi Hukum Hingga Aktivis
Universitas Paramadina dan INDEF Adakan Diskusi Bertema Kebangkitan Nasional dan Kebangkitan Ekonomi

Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, Tri Wahyuti, MSi mengatakan bahwa tujuan dari forum tersebut adalah untuk mengapresiasi hasil penelitian dan pemikiran dosen, bukan hanya untuk warga kampus, tetapi juga seluruh masyarakat. 

"Tujuan acara ini adalah ingin memberikan ruang publikasi bagi dosen untuk dapat mengaktualisasikan dirinya atas hasil penelitian dan pemikiran yang telah dicapainya. Tentunya ruang ini tidak sebatas di lingkungan universitas, tetapi juga berdampak utk masyarakat secara luas," kata Tri Wahyuti.

Narasumber dalam forum tersebut antara lain penulis buku dan Dosen Ilmu Komunikasi, Erik Ardiyanto MIkom, Dosen Magister Ilmu Komunikasi, Abdul Malik Gismar, PhD, dan Psikolog dosen Program Studi Psikologi & aktivis politik perempuan, Tia Rahmania MPsi. Ketiga narasumber itu membahas tentang bagaimana situasi yang akan dihadapi dan apa yang perlu kita siapkan jelang Pemilu 2024 mendatang.

Dalam sambutannya, Rektor Universitas Paramadina Prof. Didik J. Rachbini, MSc, PhD menyatakan bahwa partai politik era sekarang harus berkolaborasi untuk menciptakan suatu titik temu yang bermanfaat. "Sekarang ini ideologi dalam partai politik itu sifatnya adalah transaksional, jadi ideologi yang ada di partai politik itu seperti pita. Kedua ujung pita tersebut bisa bertemu untuk menghasilkan sesuatu dalam lingkungan masyarakat," ujar Didik.

Menurutnya masyarakat selalu berinteraksi dan bertukar pikiran satu sama lain. Maka dari itu, manusia dianggap institusi pertukaran (exchange). "Kita belajar komunikasi itu sebagai institusi pertukaran. Komunikasi politik adalah pertukaran antara law maker dengan masyarakatnya. Dalam perdagangan internasional pertukaran antara importir dengan eksportirnya. Dan pemilu adalah para calon dengan masyarakatnya. Oleh karena itu, ilmu sosial dianggap exchange," tambahnya.

Sedangkan menurut Erik Ardiyanto melalui bukunya, kita bisa belajar dari tokoh-tokoh politik seperti Bernie Sanders, Alexandria Ocasio-Cortez, dan Jeremy Corbyn. Erik menyatakan mereka bertiga adalah politisi sukses yang menarasikan kembali ide-ide sosialisme modern ke publik.

"Hingga kini, proses negasi politik sosialisme sebagai alternatif atas politik kapitalisme terus hilang di benak publik karena distorsi media-media dan aktor-aktor politik yang tidak menginginkan ide itu terwujud, tetapi tidak dengan 3 tokoh tersebut," ujarnya.

Ia juga berharap melalui buku yang ditulisnya menjadi semacam pembelajaran untuk membangun keyakinan kepada para aktivis mahasiswa bahwa dengan bermodal ide dan gagasan, seorang aktivis bisa sukses dalam kontestasi politik seperti ketiga tokoh tersebut.

Sedangkan Abdul Malik Gismar, PhD, selaku narasumber kedua memberikan pandangan tentang cara kita membaca media menuju pemilu di tahun 2024. Ia berpendapat bahwa para pengguna media sosial jangan terjebak ke dalam Echo Chamber yang hanya berisikan potongan-potongan dari sebuah narasi yang digunakan untuk mempolitisir agenda-agenda di publik.

"Kita jangan terjebak oleh informasi di media sosial yang terus memberikan informasi berdasarkan algoritma. Hal itu berpotensi berada dalam lingkup Echo Chamber dimana kita enggan melihat suatu informasi yang nyata dan tertutup oleh keyakinan kita saja," ujar Abdul Malik.

Berbeda dari kedua narasumber tersebut, narasumber ketiga, yaitu Tia Rahmania MPsi, Psikolog memberikan pandangannya tentang keterlibatan perempuan di dunia politik. Kepada peserta seminar perempuan ia menanyakan siapa yang ingin berpartisipasi terjun ke dunia politik. Mayoritas forum tersebut menjawab tidak ingin atau belum berminat untuk menjadi seorang politisi.

Mengaitkan dengan realita tersebut, ia menjelaskan tentang dirinya secara singkat bagaimana dunia politik bagi perempuan di zaman sekarang. "Kita sebagai perempuan harus berani terjun langsung ke dunia politik. Perempuan diberkahi empati yang tinggi dalam lingkungan masyarakat, sehingga kepekaan yang ada pada perempuan bisa membuat perubahan dan memperbaiki lingkungan sekitarnya" ujar Tia

"Komunikasi Politik pada dasarnya adalah bagaimana cara seorang individu mendapatkan sebuah kekuasaan. Secara harfiah, politik itu sendiri artinya tentang kekuasaaan, namun dalam artian yang lebih luas politik itu berarti bagaimana sebuah kekuasaan tersebut dapat berguna bagi lingkungan dan sekitarnya," imbuhnya.

Di akhir acara, para narasumber berharap acara dengan bentuk forum seperti ini dapat diperbanyak lagi, sehingga menjadi wadah untuk memperkaya pengetahuan di bidang politik.

***

tags: #universitas paramadina #pemilu 2024 #ilmu komunikasi #partai politik

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI