Mahasiswa KKN-PPM UGM Kembangkan Alat Pemanen Air Hujan di Ngadiharjo Magelang

Inovasi ini tidak hanya menjadi solusi praktis untuk kebutuhan air bersih, tetapi juga memastikan keberlanjutan dan aksesibilitas teknologi bagi semua.

Jumat, 16 Februari 2024 | 05:08 WIB - Didaktika
Penulis: Wisanggeni . Editor: Wis

KUASAKATACOM, Magelang- Sekelompok mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pemberdayaan Kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada (KKN-PPM UGM) mengembangkan alat pemanen air hujan yang diadaptasi dari teknologi Gama Rain Filter untuk diterapkan di Desa Ngadiharjo, Magelang, Jawa Tengah. 

Dengan memanfaatkan material sederhana dan biaya sekitar Rp400 ribu, alat tersebut dapat membantu meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih untuk berbagai keperluan rumah tangga. Hal itu dikatakan oleh salah satu anggota tim KKN-PPM tersebut Aushaf Mishbahuddin Muwaffaq.

BERITA TERKAIT:
Dosen Fisipol UGM Nilai Pemilu 2024 Berjalan Lancar dan Kondusif
Mahasiswa KKN-PPM UGM Kembangkan Alat Pemanen Air Hujan di Ngadiharjo Magelang
Alumni UGM Inisiasi Gerakan Kaos Rakyat untuk Dukung Ganjar
Tim PKM-K UGM Ciptakan Herbaseed Agar Masyarakat Tidak Gunakan Tanaman Herbal Secara Sembarangan
Melatih Filsafat sebagai Ilmu Kritis di Perguruan Tinggi

“Pemanen air hujan kami kembangkan untuk kebutuhan rumah tangga skala kecil, sehingga dibuat versi prototipenya dengan harga yang terjangkau. Kami sudah melakukan sosialisasi dan menerapkan teknologinya ke masyarakat, saat ini teknologinya sudah terpasang di salah satu rumah warga,” kata Aushaf Mishbahuddin Muwaffaq.

Pemanen air hujan adalah sebuah teknologi pengumpulan dan penyimpanan air hujan yang jatuh dari langit-langit atau atap untuk dimanfaatkan dalam kebutuhan irigasi tanaman, penyediaan air bersih, dan mengurangi ketergantungan pada pasokan air PAM atau sumur bor. Inovasi pembeda dari teknologi yang dikembangkan oleh KKN UGM terletak pada desainnya yang sederhana, murah, dan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, serta teknologi yang tidak memerlukan keahlian khusus untuk perakitan dan pengoperasiannya. 

Komponen pemanen air hujan di antaranya meliputi tangki atau wadah penampungan air yang bisa berupa drum bekas, tong, atau bak beton. Saluran pembuangan air hujan dibuat menggunakan pipa PVC atau saluran lainnya untuk mengalirkan air hujan dari atap ke tangki penampungan.

Untuk komponen lain yang diperlukan seperti filter atau saringan, yang bermanfaat untuk menghilangkan kotoran dan partikel lain dari air hujan sebelum masuk ke dalam tangki penampungan. Di samping ketiga komponen utama tersebut, terdapat juga material tambahan berupa klem pipa, segel karet, dan bahan perekat untuk memastikan semua sambungan rapat dan tidak bocor.

Adanya teknologi pemanen air hujan sederhana itu, membuat masyarakat setempat memberikan dukungan positif. Untuk memperluas dampaknya, mahasiswa KKN berencana menyelenggarakan pelatihan terhadap komunitas dan mengajak lebih banyak warga untuk mengadopsi teknologi ini. “Inovasi penampung air hujan ini sangat membantu saya dan keluarga untuk menghemat penggunaan air PDAM. Saya menggunakan air yang terkumpul dari alat tersebut untuk mencuci piring, mencuci kendaraan, dan menyiram tanaman-tanaman saya,” ucap Tuti, salah satu warga desa.

Mishbah menuturkan, program KKN-PPM ini mencerminkan komitmen mereka untuk mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Salah satu pencapaian konkret adalah terwujudnya SDGs 6 tentang Air Bersih dan Sanitasi.

Sifatnya yang terjangkau dan mudah diakses oleh semua lapisan masyarakat juga menggambarkan kontribusi terhadap SDGs 9 yang berfokus pada Industri, Inovasi, dan Infrastruktur. Selain itu, inovasi ini mendukung SDGs 11 tentang Kota dan Komunitas Berkelanjutan dengan memberdayakan masyarakat untuk menerapkan teknologi ini secara mandiri di rumah mereka.

Inovasi ini tidak hanya menjadi solusi praktis untuk kebutuhan air bersih, tetapi juga memastikan keberlanjutan dan aksesibilitas teknologi bagi semua. Hal ini juga diharapkan dapat menginspirasi warga untuk mencontoh dan mengaplikasikan teknologi penyimpanan air hujan tersebut di rumah masing-masing. 

“Melalui tindakan kecil ini, kita semua dapat ikut berperan dalam menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan dan bersama-sama mengatasi permasalahan kekurangan air bersih,” pungkasnya.

***

tags: #universitas gajah mada #kuliah kerja nyata #magelang #air hujan

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI