Rekonstruksi Santri Tewas di Kediri, Keluarga Ingin Tak Ada yang Ditutupi 

dia juga meragukan fakta rekonstruksi yang menyebut para tersangka hanya berbekal tangan kosong saat menganiaya anaknya.

Sabtu, 02 Maret 2024 | 10:20 WIB - Ragam
Penulis: Issatul Haniah . Editor: Fauzi

KUASAKATACOM, Kediri - rekonstruksi kasus penganiayaan yang dilakukan santri senior Ponpes Al Hanifiyyah Mojo Kediri terhadap Bintang Balqis Maulana (14) digelar, Kamis (29/2). Polres Kediri melakukan rekonstruksi tersebut secara tertutup. 
 
Reka adegan diperagakan oleh keempat tersangka yakni MN (18), MA (18), AF (16) dan AK (17). KaPolres Kediri Kota AKBP Bramastyo Priaji mengatakan rekonstruksi itu memeragakan 55 adegan. Seluruhnya terjadi di pondok pesantren asuhan Fatihunada alias Gus Fatih.

"Yang pertama, TKP pertama ada 3 [adegan], kemudian TKP yang kedua ada 12 [adegan], TKP yang terakhir ada 40 adegan," kata Bramastyo, Kamis (29/2).

BERITA TERKAIT:
Polisi Dalami Kasus Dugaan Pembunuhan Orang Tua terhadap Balita di Kediri
Update Kasus Santri Kediri Tewas oleh Senior: Keluarga Bintang Balqis Maulana Sumbangkan Uang dari Donatur untuk Perbaikan Jalan Makam
Tabrakan Bus Vs Mobil di Kediri, Sebabkan 12 Orang Luka-luka
Polisi Periksa Pengasuh Ponpes Al Hanifiyyah dalam Kasus Santri Tewas Dianiaya Senior
Rekonstruksi Santri Tewas di Kediri, Keluarga Ingin Tak Ada yang Ditutupi 

Keluarga korban Suyanti mengatakan pihaknya menginginkan agar rekonstruksi dilakukan ulang di tempat kejadian sebenarnya, yakni di Pondok Pesantren Tartilul Quran (PPTQ) Al Hanifiyyah, bukan di mapolres.

"Iya, kalau saya [ingin rekonstruksi] harus diadakan di tempat kejadian perkara. Dan jangan ada yang ditutup-tutupi," ucapnya.

Suyanti dan pihak keluarga pun berencana bertolak ke Kediri awal pekan depan. Ia berharap polisi mau memfasilitasi dan mengabulkan rekonstruksi ulang itu.

"Kedatangan saya ke Kediri hari Senin (4/3) harus ada rekonstruksi ulang di TKP dengan sebenar-benarnya," ucapnya.

Tak hanya itu, Suyanti juga menilai ada adegan yang kurang dari rekonstruksi itu. Yakni saat korban terakhir kali menghubunginya dengan perangkat telepon pondok, sebelum meninggal.

Tak hanya itu, dia juga meragukan fakta rekonstruksi yang menyebut para tersangka hanya berbekal tangan kosong saat menganiaya anaknya. Pasalnya, kata Suyanti, selain luka dan lebam di kepala serta tubuh bagian atas jenazah anaknya, terdapat juga banyak luka sundutan rokok di kaki korban. Hal itu ia lihat sendiri.

"[Pelaku hanya pakai tangan kosong] sangat-sangat bohong sekali. Soalnya yang saya tahu, saya lihat di kaki anak saya ada sundutan rokok," ujar dia.

Kini, Suyanti hanya ingin ada titik terang di kasus kematian anak ketiganya ini. Ia juga berharap para pelaku dihukum setimpal.

"Mudah-mudahan ada titik terang, saya tidak mau menambahi dan mengurangi, karena dengan kepergian anak saya itu sudah membuat saya sakit sekali," ucap dia.

"Saya ingin dihukum berat semua pihak tersangka dan yang menutup-nutupi kejadian ini," tambah Suyanti.

Kapolres Kediri Kota AKBP Bramastyo Priaji mengatakan, rekonstruksi itu total memeragakan 55 adegan. Dalam rekonstruksi itu juga, terungkap Bintang dianiaya selama tiga hari hingga akhirnya tewas. Korban mendapatkan kekerasan fisik dan pukulan dari para tersangka.

Keempat pelaku diduga menggunakan tangan kosong saat menganiaya korban. Pukulan dan kekerasan kebanyakan didaratkan di area setengah badan ke atas.

"Sementara [penganiayaan dilakukan] menggunakan tangan kosong, jadi benda tumpul yang sesuai dengan keterangan dokter menerima, sehingga terjadinya luka di tubuh korban," kata Bramastyo.


 

***

tags: #kediri #santri #tewas #ponpes al hanifiyyah #rekonstruksi

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI