Tanggapan MUI Soal Ponpes Al-Zaytun yang Campur Jamaah Laki-laki dan Perempuan saat Salat Idulfitri

Menurutnya saat ini tidak ada imbauan tentang aturan salat seperti saat pandemi COVID-19.

Senin, 24 April 2023 | 10:16 WIB - Ragam
Penulis: Siti Muyassaroh . Editor: Wis

KUASAKATACOM, Indramayu - Belakangan viral di media sosial prosesi salat Idulfitri di Pondok Pesantren Al-Zaytun, Kabupaten Indramayu yang mencampurkan jamaah laki-laki dan perempuan. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun buka suara soal gelaran salat Idulfitri yang dianggap melenceng tersebut.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Indramayu, KH Satori mengaku tidak memahami tata cara peribadatan yang dilakukan Ponpes Al-Zaytun, termasuk pelaksanaan salat Idulfitri 1444 Hijriah yang menuai kontroversi.

BERITA TERKAIT:
Soal Asesmen Ponpes Al-Zaytun, Menag: Harus Hati-hati
Panji Gumilang Surati MUI, Minta Maaf ke Umat Islam dan Janji Tak Sebarkan Ajaran Sesat
Usut Dugaan Korupsi Dana BOS Panji Gumilang, Penyidik Periksa Empat Saksi
Bareskrim Polri Lakukan Koordinasi Usut Dugaan Korupsi Dana BOS Al Zaytun
MUI Bentuk Tim Pembinaan Keagamaan untuk Santri - Pengajar Pondok Pesantren Al-Zaytun

Terkait saf salat berjamaah termasuk saat Idulfitri, KH Satori mengatakan perempuan seharusnya berada di barisan belakang laki-laki, meskipun secara hukum tidak haram dan tidak membatalkan salat.

"Ya saya tidak tahu praktik. Ada perempuan di depan gitu ya secara hukum tidak haram dan tidak membatalkan tapi tata caranya tidak sesuai dengan tata cara anjuran Rasul tentang saf salat jadi perempuan kan di belakang tidak di depan," kata Ketua MUI Indramayu, KH Satori, Minggu (23/4/2023).

Selain itu Satori menyoroti renggangnya jarak antarjamaah. Menurutnya saat ini tidak ada imbauan tentang aturan salat seperti saat pandemi COVID-19. Sehingga, seharusnya jarak dalam barisan salat lebih rapat.

"Iya berjarak maka itu jangankan kita di tingkat Kabupaten. Sekarang kan sudah tidak ada lagi aturan pembatasan jarak dan sebagainya sudah tidak pandemi lagi tapi tidak tahu ada inisiatif siapa atau aturannya. Secara hukum yang salat itu rapat dan lurus barisannya seperti itu," jelasnya.

Diakui Satori jika Ponpes Al-Zaytun yang berada di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, terkesan sangat tertutup bahkan eksklusif. Sebab, sampai sejauh ini tidak ada transparansi yang diterima oleh MUI.

"Memang Al-Zaytun itu kan pesantren di Indramayu, eksklusif kita tidak bisa intervensi apa-apa dan kalaupun kita tidak suka juga susah, levelnya nasional pun kadang tidak ditanggapin gitu," kata Satori.

Dengan adanya praktek salat Idulfitri 1444 Hijriah yang beredar, MUI pun tidak bisa berbuat banyak atau melakukan intervensi terhadap Ponpes Al-Zaytun.

"Jadi terkait dengan itu, ya kami tidak bisa mengintervensi sebab walaupun berada di Indramayu, masyarakat Indramayu tidak pernah bangga adanya Al-Zaytun di Indramayu gitu. Sebab lagi-lagi ya eksklusif segala sesuatunya tidak mau dicampuri dan tidak ada seseorang pun yang bisa mempengaruhi," ujar Satori.

Sebelumnya diberitakan, prosesi salat Idulftri yang digelar di Pondok Pesantren Al-Zaytun, Kabupaten Indramayu menuai kontroversi. Bagaimana tidak, seorang jamaah wanita terlihat berada di baris terdepan, persis di belakang imam, dan berada di antara jamaah pria.

Dalam potret yang diunggah oleh akun Instagram @kepanitiaanalzaytun, tampak suasana salat Idulfitri yang digelar di Masjid Rahmatan Lil Alamin Al-Zaytun. Yang menjadi perhatian adalah adanya seorang jamaah wanita berada di baris terdepan, persis di belakang imam.

Adanya dua orang di samping kanan dan kiri imam juga semakin terihat berbeda dari jamaah salat pada umumnya.

Tak hanya itu, saf atau barisan salat Idulfitri di Ponpes Al-Zaytun juga dibuat berjarak sekitar satu meter. Terlihat pula ada satu kursi di samping setiap jamaah.
 

***

tags: #pondok pesantren al-zaytun #salat idulfitri #mui #indramayu

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI