Sekjen MUI Sebut Perbedaan Waktu Idul Adha Jadi Kesempatan Hargai Perbedaan

Momentum Idul Adha kali ini kita memaknai dengan saling menghargai dan menghormati perbedaan.

Rabu, 28 Juni 2023 | 15:57 WIB - Ragam
Penulis: Fauzi . Editor: Surya

KUASAKATACOM, Jakarta – Mejelis Ulama Indonesia (MUI) meminta masyarakat menyikapi perbedaan waktu Idul Adha 1444 Hijriah dengan saling menghargai. Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Sekum MUI), Amirsyah Tambunan.

Amirsyah mengatakan Hari Raya Idul Adha kali ini sudah sepatutnya dimaknai sebagai bagian dari momentum kesyukuran terhadap bangsa dan negara yang saat ini menyelenggarakan Idul Adha pada dua waktu yang berbeda, yakni tanggal 28 Juni dan 29 Juni.

BERITA TERKAIT:
Pengurus Masjid Gedhe Yogyakarta Sediakan Alas Terpal untuk Salat Idul Adha agar Kurangi Sampah Koran Bekas 
Sampaikan Selamat Hari Raya Idul Adha 1445 H, Presiden RI: Berkurban Ekspresi Syukur atas Berkah Allah SWT
Pemkab Sragen akan Gelar Salat Idul Adha 1445 Hijriah di Alun-Alun Sragen
Sekjen MUI Sebut Perbedaan Waktu Idul Adha Jadi Kesempatan Hargai Perbedaan
Isi Khotbah Salat Id Muhammadiyah Ini Bikin Sejuk: Hari Ini Sah, Besok ya Sah 

"Momentum Idul Adha kali ini kita memaknai dengan saling menghargai dan menghormati perbedaan. Kalau tidak ada perbedaan, tidak muncul pertanyaan bagaimana menyikapi (perbedaan)," kata Amirsyah dikutip dari laman resmi MUI, Rabu (28/6/2023).

Melalui perbedaan hari raya ini, kata dia, muncullah satu penegasan untuk saling menghargai dan menghormati. Tujuannya untuk kita bersama sama memperoleh ada hikmah di dua perbedaan.

"Satu di antaranya karena tidak bersamaan Idul Adha, maka masyarakat bisa melihat, ini lo pilihan Idul Adha tanggal 28 Juni, ini Idul Adha tanggal 29 Juni," ungkap dia menjelaskan.

Selain itu, ia juga berharap momentum Idul Adha ini bagi saudara-saudara kita yang beribadah haji agar selalu melahirkan banyak kebaikan takbir, artinya kebaikan dengan santun, kebaikan yang bersifat sosial, peduli sesama, saling menolong saling membantu.

Terkait penyembelihan kurban yang diadakan besok (29/6), ia menyarankan agar dilakukan di rumah pemotongan hewan (RPH).

"Penyembelihan ini penting, dan sekarang juga sudah teknologi penyembelihan sudah sangat canggih. Saya juga menyarankan penyembelihan kurban itu di RPH. Kenapa, karena dengan di rumah potong hewan itu bisa lebih higienis, lebih tertib," ungkap dia.

Ia melanjutkan memang tidak ada salahnya kalau dilakukan di lingkungan masjid, tetapi dengan catatan pentingnya menjaga ketertiban kebersihan dan kedamaian supaya tidak mengganggu lingkungan sekitar.

Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM), sekaligus Ketua Harian Masjid Raya Al Isra, Rifki Maulana memperkirakan  jumlah jamaah Shalat Idul Adha yang hadir di Masjid Raya Al Isra sekitar 3.500 jamaah, mulai yang menempati bagian dalam masjid, hingga halaman.

"Kurang lebih hampir sama jumlahnya dengan perayaan Shalat Idul Adha tahun lalu. Kebanyakan jamaah berasal dari Kecamatan Grogol Petamburan, Kecamatan Kebon Jeruk, dan Kecamatan Palmerah," jelas dia.

Hingga kini, pihaknya menerima hewan kurban sebanyak dua belas ekor sapi dan delapan ekor kambing. Jumlah tersebut menurutnya bisa bertambah hingga malam takbiran.

"Kalau dari sisi jumlah Alhamdulillah terjadi peningkatan. Tahun lalu itu kita hanya sebelas sapi dan kurang lebih sepuluh kambing," ungkap dia.

Ia mengatakan perbedaan Idul Adha ini jangan kemudian dijadikan sebagai alasan untuk kita berpecah, tetapi jadikan alasan kita untuk bersatu.

"Bahwa bagaimanapun segala sesuatu perbedaan itu dimungkinkan dalam Islam apalagi kalau persoalan-persoalan ijtihad seperti ini. Makanya harus dimaknai dalam persatuan," ungkap dia.

***

tags: #salat idul adha #perbedaan #majelis ulama indonesia

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI