Iduladha di Depan Mata, Dosen UNAIR: Momen untuk Solidaritas Sesama

Lutfi mengatakan, memang terdapat perbedaan pendapat terkait kurban yang seharusnya seperti apa.

Sabtu, 15 Juni 2024 | 21:51 WIB - Ragam
Penulis: Wisanggeni . Editor: Wis

KUASAKATACOM, Surabaya- Iduladha merupakan momentum yang selalu dinanti oleh seluruh umat muslim di dunia. Momen tersebut melekat dengan keakraban dan kebersamaan. Dosen Kajian Budaya Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) Dr Mochtar Lutfi SS MHum menyebut momen itu sebagai pengingat dan penumbuh solidaritas. Pasalnya, meskipun teknologi dan ilmu pengetahuan telah maju, tetapi tidak lantas menjadikan manusia lebih damai.

“Makanya, momen Iduladha ini dapat menjadikan manusia lebih baik. Karena intisari kurban adalah mendekatkan diri kepada tuhannya,” ungkapnya. 

BERITA TERKAIT:
Iduladha di Depan Mata, Dosen UNAIR: Momen untuk Solidaritas Sesama
Kampus-kampus di Indonesia Gelar Kemah Solidaritas untuk Palestina 
Sunaryo: Qurban Menjadi Pendorong Nilai Solidaritas
FMD, Upaya Tingkatkan Kompetensi dan Integritas Petugas Rutan Salatiga
Gus Yasin Sebut Pasar Adalah Muara Ibadah bagi Para Pedagang

Iduladha, kata Dr Lutfi, mengandung dua esensi atau pemaknaan. Pertama, memberikan pengorbanan terbaik. Sesuai dengan cerita Nabi Ibrahim AS yang diminta Allah SWT untuk mengorbankan anak tunggalnya. Kedua, sebagai bentuk upaya mendekatkan diri dengan Tuhan. Dengan harapan perilaku semakin lebih baik. 

“Sepakat dengan penjelasan Pak Quraish Shihab yang memberikan gambaran pada zaman Nabi Ibrahim, bahwa masyarakat saat itu memberikan kurban terbaik yang dimiliki untuk Tuhan,” ujarnya.

“Sebagai upaya untuk mendekatkan diri dengan Allah, maka penilaiannya bukan berapa harga kurban. Akan tetapi, mengorbankan sikap buruk untuk menjadi lebih baik,” tambahnya.

Iduladha di Indonesia juga menjadi menarik, lanjut Dr Lutfi, karena bertepatan juga dengan dilaksanakan ibadah haji. Maka, masyarakat menyambut Hari Raya Iduladha dengan lebih semangat. Bahkan, takbiran Iduladha lebih meriah daripada Idul Fitri. 

“Kalau Idulfitri kan konteks individual lebih menonjol. Jika Iduladha kan ada berbagi daging kurban, menyembelih bersama, dan nggak mungkin satu kurban itu untuk satu orang sendiri,” tuturnya. 

Lutfi mengatakan, memang terdapat perbedaan pendapat terkait kurban yang seharusnya seperti apa. Di lingkungannya Sidoarjo, kurban lebih fleksibel. Masyarakat non-muslim juga mendapat jatah daging kurban, sehingga Iduladha juga dapat menjadi momen toleransi antarumat beragama di Indonesia. 

“Mungkin situasi sekarang tidak seperti yang diharapkan. Jadi, harus diingat semua yang terjadi di dunia selalu ada campur tangan Tuhan. Maka, ini menjadi motivasi kita untuk mengorbankan yang terbaik dan berguna bagi banyak orang,” tutupnya. 


 

***

tags: #solidaritas #iduladha #kurban #fakultas ilmu budaya #universitas airlangga

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI